Cerpen : Akhir Sebuah Penyesalan

“Aku malu, aku mau mati saja, tidak kuat lagi menghadapi semua ini”

Sayup-sayup aku mendengar suara isakan tangis seorang perempuan. Aku mencoba mencari tau arah suara tersebut, dan benar ternyata suara itu berasal dari dalam toilet paling ujung. Aku mencoba berdiri agak lama sambil menebak apa yang terjadi didalam. Masih terdengar suara tangisan yang ditahan, aku khawatir sesuatu akan terjadi.

“Siapa didalam? Toiletnya mau di pake, cepat keluar ya” aku mencoba berbicara dari luar.

Tidak ada jawaban, tiba-tiba hening. Tidak ada lagi suara tangisan terdengar. Aku coba mendekatkan telinga lebih dekat ke pintu toilet untuk memastikan apakah masih ada orang atau tidak. Tapi masih terdengar suara nafas yang sangat berat. Aku mencoba memberi waktu dan diam menunggu di luar. Jam menunjukan pukul dua malam. Kami bekerja shift malam.
Sudah hampir setengah jam aku menunggu diluar berharap seseorang keluar dari dalam toilet tersebut. Pasti dia sedang dalam masalah besar. Hatiku rasa terpanggil untuk mengajak dia berbicara. Mana tau bisa menenangkan hatinya, apapun masalah yang sedang dihadapinya semoga dia bisa kuat dan baik-baik saja. Aku berdo’a di dalam hati.

Pintu toilet ujung itu akhirnya terbuka juga, aku sangat penasaran dengan wajah yang akan keluar dari dalam toilet tersebut. Dan, ternyata dia seseorang yang aku kenal. Dia kaget melihat aku disana dan langsung menunduk. Aku mencoba mengajak dia berbicara.

“Mel, kamu kenapa? Aku memang atasan kamu, tapi jika kamu butuh teman bicara aku bisa menjadi teman mu. Jika kamu tidak keberatan, nanti jumpai aku disaat jam istirahat ya, apapun masalah mu jangan sampai melakukan tindakan bodoh” lalu aku meninggalkan toilet dengan lega dan Kembali bekerja.

“Masuk Mel, dan duduklah. Disini tidak ada siapa-siapa” aku mempersilahkan Amel masuk keruangan. Ternyata dia datang menjumpai ku, semoga aku bisa menjadi pendengar yang baik dan bisa meringankan beban yang saat ini ia rasakan.

“Sekarang kamu anggap saja aku teman mu, atau keluarga mu, kamu bisa bicara jujur sama ku apa yang sedang kamu alami. Dan percayalah, aku akan menjaga semuanya jika kamu meminta aku merahasiakanya”

“Aku hamil sudah tiga bulan” Amel membuka pembicaraan dan langsung menangis terisak-isak.

“Cowok yang selama ini jalan sama ku ternyata sudah punya istri, dan aku sekarang hamil dia sudah pulang kampung bersama istrinya dan tidak bisa dihubungi lagi, aku bingung kak, sudah saya coba minum ramuan untuk menggugurkan tapi tidak bisa juga. Apa kata orang nanti, apa kata keluarga ku, mereka pasti malu dengan perbuatan ku ini kak, rasanya aku mau mati saja” Amel bercerita sambil terbata-bata dan terus menangis.

Malang sekali anak ini, dia sudah salah langkah, tapi apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur tidak akan bisa Kembali menjadi nasi. Yang terpenting sekarang bagi dia adalah dukungan moral untuk menguatkan dia agar tidak terjerumus lagi kedalam dosa. Bayangkan jika dia nekat bunuh diri, dosanya berkali-kali lipat dan keluarga yang dia tinggalkan tetap mengggung malu.

“Mel, aku tidak membenarkan perbuatan yang sudah kamu lakukan, tapi semua sudah terjadi, alangkah baiknya kamu libatkan Allah dalam setiap tindakan yang akan kamu ambil. Pertama-tama kamu harus bertaubat, minta ampun sama Allah atas apa yang sudah kamu lakukan selama ini. Allah maha pengampun atas hambanya yang mengetuk pintu taubat.

Dan kamu mintalah sama Allah jalan yang terbaik untuk masalah yang sedang kamu hadapi saat ini. Allah itu maha pemaaf, maha kaya, maha baik. Dia pasti akan menolong hambanya yang tersesat, asal kamu benar-benar bertaubat dan tidak mengulangi dosa yang sama.

Kalau berbicara malu, pastilah malu Mel. Tapi malu tidak menyelesaikan masalah mu. Berani berbuat berani bertanggung jawab. Aku yakin, jika orang-orang tau, mereka juga akan bosan dengan sendirinya untuk membicarakan aib mu ini. Hingga pada waktu tertentu semua akan baik-baik saja. Kamu hanya perlu bersabar dan kuat untuk melalui apapun itu. Libatkan Allah atas segala sesuatunya.

Aku yakin tidak hanya kamu yang melakukan perbuatan dosa didunia ini. Pasti banyak, Cuma kadang ada yang ketahuan dan ada yang tidak. Ada yang mengambil tindakan bodoh dengan cara menggugurkan sehingga bertambah lagi dosanya. Ada yang paling tragis, yaitu memilih bunuh diri tanpa memikirkan keluarga yang menyayanginya akan sedih dan menanggung malu.

Dan hanya orang-orang pilihan yang akan mengambil jalan untuk Kembali kepada Allah dan memperbaiki dirinya terus dan terus. Jika Allah yang kamu pilih tidak ada lagi yang perlu kamu takutkan.

Biarkanlah orang-orang sibuk menggibahkan kamu, tapi kamu juga terus sibuk memperbaiki diri. Mereka yang menggibahkan aib mu belum tentu lebih baik. Kamu tidak akan mampu menutup mulut manusia, tapi kamu bisa menutup telinga mu dari hal-hal yang tidak perlu kamu dengar.
Saran saya, kamu lahirkan anak mu, dia tidak bersalah. Kamu bekerja seperti biasa, kamu akan tetap punya penghasilan. Diperusahaan ini hak perempuan hamil itu sama. Terlepas dia hamil ada suami ataupun tidak.

Bukan berarti kita mendukung perbuatan dosa, tapi ini masalah kemanusiaan dan PKB serta UU akan memberikan hak dan perlindungan yang sama untuk mereka yang hamil. Jadi kamu jangan khawatir, aku akan mendampingi kamu keruangan HR dan mengambil perlengkapan kerja untuk ibu hamil.

Silahkan kamu renungkan malam ini dan jumpai saya Kembali jika kamu benar-benar sudah siap. Ingat pesan ku jangan melakukan tindakan bodoh yang hanya akan menambah dosa dan merugikan dirimu sendiri. Fokuslah kepada jalan keluar dan bertaubat, nasi sudah menjadi bubur tidak akan bisa Kembali menjadi nasi. Tinggal kamu olah bubur itu menjadi makanan yang enak dan bermanfaat”.

Amel diam tertunduk, tangisnya sudah mulai reda. Tentu tidak mudah baginya melalui hari-harinya. Tapi seiring berjalanya waktu ia pasti bisa, dan aku yakin itu.

*********

Masalah Amel dengan HRD sudah selesai, walaupun diceramahi panjang lebar tidak apa. Yang penting tujuan sudah tercapai. Amel akan tetap bekerja dan mendapatkan hak-hak sebagai ibu hamil. Tinggal Amel yang harus terus belajar untuk kuat dan sabar menghadapi omongan orang sampai suatu hari nanti orang itu akan capek sendiri.

“Amel, jika kamu tidak keberatan saya sarankan kamu untuk mondok memperdalam ilmu agama. Saya ada kenalan disitu. Jika kamu mau saya akan bantu kamu untu masuk kesana. Disana bisa belajar sambal bekerja. Jika kamu masuk pagi kamu ikut kelas malam, kalua masuk malam ikut kelas pagi dan sore”.

“Iya kak, saya mau. Dikontrakan saya merasa tidak enak dengan tetangga disekeliling. Mungkin dipondok bisa membuat ku lebih istiqomah dalam belajar agama”
“Alhamdulillah..”

************

Semakin hari aku perhatikan Amel semakin kuat. Dia sudah bisa menjalani hari-harinya seperti biasa, sudah mulai tersenyum lagi. Wajahnya semakin bersinar. Sepertinya cahaya keimananya mulai terpancar. Pakaianya semakin syar’i dan Jilbabnya sekarang sudah semakin Panjang. Senang melihat perubahan Amel.

Orang-orang yang dulunya nyinyir juga sudah mulai diam dan mengagumi Amel yang sudah berhijrah. Memang begitulah cara terbaik untuk membungkam mulut orang yang suka menggibah.

Ketika kamu sudah lebih baik, orangpun mulai lupa atau enggan mengingat masa lalumu yang hitam. Hijrahmu akan menuntun langkah mu dan menutup aibmu. Masalah Amel bisa jadi teladan. Dia memilih memperbaiki diri, memperdalam ilmu agama dan menjadikan Tuhan tempat ia mengadukan segala masalah hidupnya. Sehingga hidupnya selamat, karirnya aman, dan Allah juga mengirimkan pendamping hidup yang baik untuknya hasil ta’aruf yang dijembatani oleh ustadz dan ustadzah ditempat dia mondok.

Kita memang harus bijak dalam menghadapi masalah. Jangan sampai masalah menguasai kita, lalu melakukan tindakan bodoh yang akan merugikan diri sendiri. Tapi sebaliknya, ketika kita bisa mengusai masalah dan melibatkan Allah dalam menyelesaikan masalah, maka hasilnya pasti akan indah. Dan orang bijak tentu akan belajar dari masalah dan pengalaman hidupnya sehingga tidak akan masuk ke dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya.

Maryam Ete – Devisi Sastra Media Perdjoeangan Nasional