Buruh Serukan Solidaritas Untuk Guru Yang Dipukuli

Jakarta, KPonline – Hari itu, Rabu (10/8), seperti biasa Dasrul – guru mata pelajaran arsitektur – datang ke sekolah untuk mengajar. Sesampainya di kelas 2.2, sekira pukul 08.00 Wita, dia meminta siswa-siswanya mengeluarkan alat gambar, seperti yang ditugaskan dalam pertemuan sebelumnya. Namun salah satu siswanya, MA, tidak membawa satupun alat yang ditugaskan, seperti pensil, mistar, dan buku gambar.

“Tapi saya tidak personalkan itu,” kata Dasrul. Namun, yang membuat Dasrul jengkel, MA keluar masuk kelas tanpa izin saat proses belajar mengajar berlangsung.

Merasa keberadaannya di kelas tidak dihargai, Dasrul menegur siswanya itu. Tetapi bukannya menyadari kesalahannya, MA malah membentak Dasrul dan mengucapkan kata-kata kotor. Tidak hanya itu, MA meninggalkan kelas sambil menendang pintu.

“Dia tadi membentak sambil mengucap kata kotor. Waktu keluar, dia sempat tendang pintu kelas, tapi saya tidak terlalu respon. Banyak saksi yang tadi lihat. Bisa tanya teman-temannya,” ucap Dasrul.

Setelah kejadian itu, Dasrul pindah mengajar Arsitektur di kelas 2.1. Begitu selesai mengajar, dia menuju ruang kurikulum. Tetapi karena ruang kurikulum tertutup, Dasrul berniat berjalan untuk pulang ke rumahnya.

Setelah keluar kelas, rupanya MA menghubungi ayahnya dan melapor jika dipukuli oleh gurunya.

Seperti disampaikan Adnan, orang tua MA, “Pagi-pagi dia (MA) telepon, dia bilang dipukul oleh gurunya. Kebetulan ada saya urus, jadi tidak bisa langsung kesekolah. Saya cuman tanya kenapa sampai dipukul cuman tidak ada jawaban yang jelas.”

Setelah beberapa jam kemudian, Adnan mendatangi sekolah dengan maksud untuk membicarakan persoalan tersebut kepada pihak sekolah. Turun dari motor, Adnan menanyakan kepada anaknya, mana guru yang tadi memukul. Tetapi anaknya menjawab tidak tau, saat ini gurunya ada dimana. Karena itulah, keduanya pergi ke ruang kepala sekolah.

Di samping ruang kepala sekolah, mereka berpapasan. MA memberitahu, jika guru inilah yang dia maksud.

Kepada Dasrul, Adnan mengatakan, “Kenapa ko pukul anak-anak?”

Setelah itu, Adnan langsung memukuli Dasrul. MA juga ikut memukuli Dasrul. Mendapat serangan bertubi, Dasrul terluka. Darahnya membahasahi baju putihnya.

Menyikapi itu, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sulawesi Selatan segera menyiapkan aksi simpatik untuk menindaklanjuti kasus pemukulan yang dilakukan orangtua siswa kepada guru Arsitektur SMKN 2 Makassar, pada Kamis (11/8).

Dalam aksi ini, para guru akan berkumpul di SMKN 2 Makassar kemudian berjalan menuju Polsek Tamalate dengan tuntutan, meminta pihak Kepolisian untuk menangani kasus ini dengan serius.

Sementara itu, di Jakarta, Sekretaris Jenderal Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Muhammad Rusdi menyampaikan keprihatinannya. Dia juga meminta anggota KSPI untuk bersolidaritas dalam aksi yang dilakukan PGRI. Selain PGRI adalah anggota KSPI, hal ini dilakukan karena KSPI memiliki kepedulian terhadap dunia pendidikan.

Senada dengan Rusdi, Wakil Presiden KSPI Didi Suprijadi  meminta agar orang tua siswa yang melakukan pemukulan diproses sesuai dengan hukum. Agar kasus seperti ini tidak kembali berulang, Didi meminta agar pemerintah secepatnya menyelesaikan Undang-undang Perlindungan Guru seperti yang sudah diajukan oleh PB PGRI.

Kekerasan, apapun bentuknya, memang harus dihindari. Buruh peduli dengan itu. Terlebih lagi, baru-baru ini, serikat buruh FBTPI juga disantroni salah satu Ormas untuk diintimidasi terkait dengan perjuangannya di sebuah perusahaan. Dalam titik itu, baik guru maupun buruh – bahkan elemen yang lain – belum sepenuhnya mendapatkan rasa aman.

Dalam hal ini, diperlukan solidaritas tanpa batas. (*)

Keterangan Gambar: Guru Dasrul dengan baju putihnya yang diwarnai bercak darah. Sumber: rakyatku.com