Buruh Semarang Bersolidaritas untuk Korban Penggusuran

Semarang, KPonline – Apa yang disebut sebagai solidaritas lintas batas, kini makin meluas. Di Jakarta, kaum buruh ikut bersolidaritas untuk Haris Azhar yang terancam dikriminalisasi. Juga terhadap korban penggusuran. Sementara itu, di Semarang, kaum buruh yang tergabung dalam Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) Kota Semarang juga bersolidaritas untuk korban penggusuran di Kampung Kebonharjo Semarang.

Seperti diketahui, telah terjadi penggusuran di Kampung Kebonharjo Kota Semarang oleh pihak PT. Kereta Api Indonesia (PT. KAI) dengan alasan untuk kepentingan pembangunan Stasiun Peti Kemas yang terkoneksi dengan pelabuhan Tanjung Mas Semarang. PT. KAI mengklaim wilayah Kampung Kebonharjo merupakan Tanah Milik PT. KAI .

Warga mengaku kaget saat tiba-tiba ratusan aparat bersenjata lengkap datang membawa alat berat dan langsung melakukan eksekusi rumah warga. Merasa tidak ada pemberitahuan sebelumnya, wargapun melakukan perlawanan. Warga merasa menjadi pemilik sah atas areal lahan yang mereka tempati dengan bukti kepemilikan sertifikat hak milik yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional. Namun apalag daya, eksekusi tetap dilakukan.

Berawal dari itu, FSPMI Kota Semarang mengadakan Solidaritas untuk membantu warga korban penggusuran.

“FSPMI sebagai bagian dari masyarakat sudah sewajarnya harus ikut membantu masalah sosial seperti ini, namun kami tidak akan masuk terlalu dalam. Hanya bantuan sembako inilah yang untuk saat ini bisa kami berikan untuk membantu mereka,” terang Ketua Pimpinan Cabang SPAI FSPMI Kota Semarang Aulia Hakim.

Warga sangat mengapresiasi atas bantuan yang diberikan.

”Kami sangat berterima kasih kepada teman-teman buruh atas bantuan yang diberikan, kerelaan teman-teman untuk ikut merasa prihatin terhadap nasib masyarakat ini semoga menjadi berkah, semoga kedepan perjuangan teman-teman buruh mendapat keberhasilan,”  ungkap Ketua RW 11 Kampung Kebonharjo Tri Widodo.

Kita percaya, apabila solidaritas lintas elemen seperti ini terus kita kembangkan, maka budaya gotong royong bisa kita tumbuhkan. Masyarakat tidak lagi menjadi individualis dan hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri. Dengan semangat kebersamaan inilah, sebagai bangsa, kita akan lebih menghadapi berbagai persoalan.

Kontributor: Agus Riyadi