Buruh Cerdas Bukan Cuma Keras

Buruh Cerdas Bukan Cuma Keras

Pekanbaru, KPonline-Dalam suasana santai namun sarat makna, sejumlah tokoh perburuhan dan praktisi hukum berkumpul di Teras Coffee, Jalan Sumatera, Kota Pekanbaru. Hari itu, Kamis sore, (19/6). Namun, bukan sekadar ngopi-ngopi biasa. Melainkan ajang diskusi terbuka bertema edukasi hukum ketenagakerjaan dan pemberdayaan aktivis buruh.

Kalau biasanya diskusi hukum terasa kaku, kali ini malah penuh tawa, obrolan akrab, dan sesekali selorohan yang bikin kopi nyaris tumpah karena geli.

Diskusi ini menghadirkan dua narasumber utama, yakni Direktur LBH FSPMI Riau, Maruli Silaban, S.H, dan Hakim Ad Hoc, Aris, S.H, yang dikenal dekat dengan kalangan pekerja. Keduanya membahas bagaimana pentingnya memahami hukum ketenagakerjaan, bukan hanya untuk para pengurus serikat tapi juga bagi pekerja secara umum. “Kalau buruh tahu hukum, majikan nggak bisa asal ngeles,” celetuk Maruli disambut tawa peserta.

Turut hadir Ketua DPW FSPMI Provinsi Riau, Satria Putra, serta Heri Isma, penulis dari Media Perjuangan Pelalawan. Satria menyampaikan pentingnya menanamkan mindset pejuang pada aktivis buruh. “Buruh itu bukan hanya otot, tapi juga otak. Kita harus naik kelas, bukan cuma naik gaji,” ujarnya sambil tersenyum.

Salah satu topik yang cukup menarik adalah soal upgrade grade aktivis—yakni mendorong para pejuang buruh untuk terus meningkatkan kapasitas diri, baik dari segi pengetahuan maupun keterampilan. “Kalau bisa orasi di depan ribuan orang, kenapa nggak bisa masuk ruang kuliah? Jangan takut kampus, mereka juga butuh warna perjuangan,” kata Aris dengan gaya santainya.

Diskusi ini juga membuka wacana agar aktivis buruh bisa mulai masuk ke dunia akademik. Selain untuk memperluas jaringan, ini juga dianggap sebagai strategi jangka panjang agar isu perburuhan bisa masuk ke ruang-ruang intelektual. “Biar besok-besok, dosen juga paham kenapa buruh demo terus,” ujar Heri Isma disambut gelak tawa.

Acara ini memang sederhana, tanpa podium dan spanduk mewah. Tapi dari balik gelas kopi dan obrolan ringan, terselip semangat besar: membangun gerakan buruh yang cerdas, santun, dan strategis. Diskusi pun ditutup dengan pesan ringan dari Maruli, “Jangan takut belajar, karena yang kita lawan bukan cuma sistem, tapi juga kebodohan yang kita pelihara sendiri”.

Dengan gaya obrolan hangat dan penuh canda, diskusi ini tak hanya mencerahkan, tapi juga menyegarkan. Semoga makin banyak ruang santai seperti ini yang bisa melahirkan ide-ide besar untuk perjuangan buruh di masa depan.