Bencana Alam Banjir Terburuk Yang Pernah Terjadi Di Gunung Kidul

Bogor, KPonline, – Suasana yang terselimuti duka masih menggelayuti hati dan perasaan hampir seluruh warga Desa Pacarejo Kecamatan Semanu Kabupaten Gunung Kidul. Ketika Tim Penyaluran Donasi dan Bantuan Kemanusiaan FSPMI Bogor gelombang I menepikan 3 mini bus yang membawa bantuan kemanusiaan pada saat siang hari 9 Desember 2017, suasana haru masih tersirat di wajah-wajah penduduk Desa Pacarejo. Bagaimana tidak, jika seluruh areal perkebunan dan ratusan ternak mati atau hilang. Hujan deras dan terjangan angin yang sangat kencang, menerpa Desa Pacarejo dan sekitarnya selama 3 hari berturut-turut.

26 November 2017 yang lalu, angin puting beliung berputar-putar diatas wilayah Desa Pacarejo dan desa-desa disekitarnya. Begitu kencang hingga lebih mirip dengan angin topan, menerjang apapun yang ada didepannya. Dan hanya dalam hitungan jam, hujan deras turun dari langit. Begitu deras hingga hanya membutuhkan waktu sekitar kurang lebih 1 jam saja untuk menenggelamkan puluhan rumah yang berjarak 1 km dari Kali Suci. Giyartini menceritakan sekelumit detik-detik awal bencana alam yang telah terjadi di desa dimana ia bertugas. 29 November 2017, air mulai meluap dari Kali Suci, debit air hujan yang begitu deras tak mampu ditampung oleh Kali Suci.

Bacaan Lainnya

Rakino salah satu warga desa Pacarejo juga menceritakan bagaimana kejadian yang baru pertama kali terjadi selama hidupnya. “air datang seperti ombak di laut” dengan mempersonifikasikan bencana alam banjir seperti gelombang air laut dahsyat. Dengan tutur bahasa Jawa yang sangat kental, Mbah Rakino begitulah seluruh Tim Penyaluran Donasi dan Bantuan Kemanusiaan FSPMI Bogor gelombang I memanggilnya, menjelaskan dengan sangat detail rentetan kejadian yang menimpa dirinya dan seluruh warga desa.

Terdampak yang paling parah adalah rumah-rumah penduduk desa Pacarejo yang berada didaerah bantaran sungai Kali Suci. “Hanya terlihat atap rumahnya saja” . Kalimat singkat yang dilontarkan oleh Mbah Rakino sudah mendeskripsikan dengan sangat jelas, betapa bencana alam banjir yang menimpa desa Pacarejo dan sekitar sudah dalam tahap yang memprihatinkan. Meskipun tidak memakan korban jiwa, bencana alam banjir yang melanda Desa Pacarejo melahap ratusan ternak dan ribuan hektare sawah dan kebun. “ada beberapa ekor sapi dan kambing yang masih bisa diselamatkan, itu pun juga dengan susah payah dan hampir mengorbankan jiwa raga” dan air mata Mbah Rakino pun tak terbendung. Terlihat beliau menyeka butiran airmata yang mengalir di pipinya, dan hal itu membuat dirinya sedih dan terpukul. Bagaimana tidak. Ada puluhan ekor ayam kesayangannya yang ikut terhanyut banjir.

Berpuluh-puluh tahun lamanya, belum pernah terjadi suatu kejadian alam yang begitu hebat di Pacarejo. “saya sudah 55 tahun dan baru kali ini mengalami hal seperti ini” terang Mbah Rakino kepada Tim Penyaluran Donasi dan Bantuan Kemanusiaan FSPMI Bogor. Suasana menjadi hening. Ketika Mbah Rakino terdiam untuk beberapa saat.

Bagi sebagian orang kejadian yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia yang lalu merupakan sebuah bencana alam. Tapi hal tersebut akan menjadi polemik ketika ada sebuah pendapat yang mengatakan, bisa saja bencana alam tersebut merupakan kelalaian dari manusia juga. Dan hal ini akan menjadi perdebatan yang panjang dan membutuhkan kajian ilmiah dan data-data yang akurat.

Kita kembalikan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, apakah bencana alam yang terjadi merupakan teguran dari-Nya ataukah ini merupakan kelalaian manusia atas lingkungan hidup dan alam.

Wallahu ‘Aalam

 

Kontributor Bogor : Ahmad Hapiji

Pos terkait