Benarkah Iuran Buruh Dijadikan Alat Memperkaya Said Iqbal?

Bekasi, KPonline – Buruh Bekasi dihebohkan dengan adanya spanduk yang di pasang di Kawasan Industri MM2100. Spanduk yang tidak diketahui dari mana asalnya itu bertuliskan kalimat provokatif.

Spanduk pertama bertuliskan: “JANGAN MAU DIJADIKAN ALAT UNTUK MEMPERKAYA SAID IQBAL. 1% GAJI BURUH x 1.700.000 BURUH”.

Sedangkan tulisan kedua: “BUTA AKAN HARTA!!! SAID IQBAL MEMOTONG GAJI BURUH. KESEJAHTERAAN BURUH DIMANE??”

Keberadaan spanduk ini mendapat respon beragam dari anggota FSPMI. Ada yang meminta agar hal ini dilaporkan ke polisi, ada juga yang ingin mencari siapa dalang di baliknya.

Tetapi yang pasti, hal seperti ini bukan sekali dua kali terjadi. Jelas, sasaran mereka adalah ingin merontokkan moral anggota serikat pekerja. Membuat para buruh tidak lagi percaya dengan serikat dan mencurigai para pemimpinnya.

Mereka tahu, kekuatan serikat pekerja salah satunya adalah terletak pada iuran yang dibayarkan anggotanya — bukan kucuran dana dari para cukong yang kemudian mengendalikan gerakan.

Karena anggota lah yang menghidupi ini organisasi, maka serikat tidak lagi tunduk pada kepentingan modal dan kekuasaan. Serikat pekerja benar-benar independen dan bekerja hanya untuk kepentingan anggotanya.

Jika apa yang ada dalam spanduk ini benar, betapa besar pendapat Said Iqbal.

Fitnah seperti ini bukan yang pertamakali dilakukan terhadap pemimpin buruh, Said Iqbal.

Mari kita hitung.

Memang benar, angka 1,7 juta itu adalah jumlah keseluruhan anggota Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI). Organisasi serikat pekerja dimana Said Iqbal menjadi presidennya.

Jika kita asumsikan gaji anggota KSPI rata-rata 3 juta, maka 1% nya berarti 30 ribu. Kalikan dengan 1,7 juta. Akan ketemu angka 51.000.000.000 per bulan. Kalikan dengan 12 bulan, jumlahnya fantastis: 612.000.000.000 setahun.

Gila. 612 milyar setahun. Nolnya aja baris kayak tentara. Kurang kaya gimana coba kalau Said Iqbal mendapat 612 milyar setahun? Pantas saja mereka semua iri dengan semua ini.

Situs web mojok.co pernah membocorkan penghasilan penyanyi dangdut ternama saat ini, Via Vallen. Konon penyanyi yang kondang dengan hits ‘Jaran Goyang’ itu mendapatkan 1.3 milyar per bulan.

Nilai itu dihitung dari penghasilan Via Vallen yang sekali manggung adalah sebesar 60 juta rupiah. Itu adalah honor bersih, sebab angka 60 juta itu di luar ongkos transportasi, penginapan, juga akomodasi Via Vallen.

Nah, dengan honor segitu kita bisa menghitung berapa pendapatan Via Vallen selama satu bulan. Menurut bocoran fanspage Vyanisti yang merilis jadwal manggung Via Vallen, dalam satu bulan Via bisa manggung antara 20-25 kali.  Jika kita ambil angka tengah, yakni 23 show per bulan, artinya dalam satu bulan Via bisa mengantongi honor 1,3 miliar.

Dengan 1,3 milyar per bulan, paling banter setahun Via Vallen hanya 16 milyar. Jauh kemana-mana kalau dibandingkan dengan 612 milyar yang didapatkan Said Iqbal.

Tetapi apakah benar sebesar itu uang buruh yang masuk ke kantong Presiden buruh?

Tentu saja, semua hitung-hitungan tadi salah kaprah. Bahkan mengarah pada fitnah, jika dikatakan iuran serikat pekerja digunakan untuk memperkaya Said Iqbal.

Bahwa anggota serikat pekerja yang dipimpin Said Iqbal membayar iuran, itu benar.

Bahwa jumlah iuran yang wajib disetor kepada serikat pekerja (ingat ya, serikat pekerja, bukan Said Iqbal) minimal prosentesenya adalah 1 persen dari upah, itu benar.

Bahkan di beberapa unit kerja, ada yang membayar iuran hingga 2 persen.

Dari jumlah 1 persen itu, 55 persen dikumpulkan untuk kas Pimpinan Unit Kerja (tingkat perusahaan). Sedangkan sisanya yang 45 persen disetorkan ke Dewan Pimpinan Pusat (DPP).

Oleh DPP, dana yang 45 persen ini kemudian didistribusikan ke Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Wilayah (provinsi), Konsulat Cabang dan Pimpinan Cabang (kabupaten), di seluruh Indonesia. Sebagian untuk dana advokasi, pendidikan, kesekretariatan, dan sebagainya.

Perlu diketahui, FSPMI memiliki 6 (enam) Pimpinan Pusat. Masing-masing mewakili serikat pekerja anggota: Serikat Pekerja Automotif Mesin dan Komponen (SPAMK FSPMI), Serikat Pekerja Elektronik Elektrik (SPEE FSPMI), Serikat Pekerja Logam (SPL FSPMI), Serikat Pekerja Perkapalan dan Jasa Maritim (SPPJM FSPMI), Serikat Pekerja Aneka Industri (SPAI FSPMI), dan Serikat Pekerja Dirgantara dan Transportasi (SPDT FSPMI).

Penggunaan dana serikat pekerja ini, setiap tahun di audit oleh akuntan publik independen. Juga dilaporkan dalam Rapat Pimpinan (Rapim) yang diselenggarakan setiap tahun dan dihadiri seluruh perangkat organisasi dari seluruh Indonesia.

Jadi kalau ada yang mengatakan bahwa dana itu digunakan untuk memperkaya diri Said Iqbal, itu sih kerjaan orang yang sirik. Orang yang tidak suka melihat serikat pekerja yang dipimpin Said Iqbal mandiri dan independen karena pergerakannya dibiayai sendiri oleh anggotanya

Bagi anggota FSPMI-KSPI, bahkan tuduhan itu justru terdengar lucu. Kami yang bayar iuran situ yang pusing ngitungin jumlahnya.

Hanya satu kalimat untuk penebar fitnah seperti itu: ora urus, maju terus….