Belajar dari Marsinah FM

Jakarta, KPonline – Saya senang sekali bisa berbicara dalam talk show tentang media gerakan buruh di radio Marsinah FM, pada Jum`at malam (8/12/2017). Berawal dari sini saya menjadi sedikit paham tentang bagaimana sebuah radio berbasis komunitas seperti ini bisa dijalankan. Lebih dari itu, hal ini membuktikan, bahwa kaum buruh memiliki kemampuan untuk mengelola medianya sendiri.

Tentu saja, sebuah kehormatan ketika saya diundang ke sana.

Bacaan Lainnya

Sama-sama menggeluti media gerakan buruh, jelas saya memiliki ketertarikan terhadap hal-hal seperti ini. Saya juga ingin banyak belajar bagaimana radio komunitas ini dikelola.

Tentang Marsinah FM, sudah lama saya mendengar. Membaca penjelasan yang terdapat dalam website marsinahfm.com, saya tahu, bahwa lahirnya radio Marsinah FM ini didasari pada absennya media arus utama terkait isu buruh dan perempuan. Itulah sebabnya, Marsinah FM hadir dengan slogan, Marsinah FM; dari perempuan buruh untuk kesejahteraan, kesetaraan dan kelestarian alam.

Dijalankan dan dikelola oleh komunitas buruh perempuan di KBN Cakung, Radio Marsinah FM yang berdiri pada tahun 2012 ini kemudian mengembangkan diri menjadi radio online agar bisa menjangkau lebih luas buruh perempuan untuk saling bantu dan bersolidaritas atas kesulitan yang dihadapi buruh perempuan. Baik sebagai buruh maupun sebagai perempuan.

Selain merambah ke radio online, Marsinah FM bertekad untuk mengembangkan website Marsinah FM yang memuat berita audio, video dan teks (sms, dan artikel) dari dan oleh buruh perempuan. Dengan hadirnya Marsinah FM sebagai radio online dan website, diharapkan bisa meluaskan pengetahuan, informasi tentang hak buruh perempuan, oleh buruh perempuan sendiri. Makna partisipasi inilah yang menjadi topangan utama radio komunitas Marsinah FM.

Dalam obrolan di warung kopi bersama penanggungjawab Marsinah FM, Dian Septi Trisnanti, saya menangkap bahwa partisipasi menjadi kunci. Kerja-kerja seperti ini tidak bisa dilakukan seorang diri. Itulah sebabnya, sekecil apapun sumbangsih yang diberikan untuk memajukan media gerakan, ia memiliki arti yang luar biasa.

Memang harus seperti itu. Salah satu indikator keberhasilan dari media gerakan adalah ketika ia mampu mendorong semakin banyak orang untuk terlibat. Sehingga rasa memiliki akan terbentuk. Dari sini akan muncul kesadaran kolektif yang akan memperkuat gerakan itu sendiri. Jadi, ia tidak hidup dalam ruang hampa.

Buruh Menulis Sastra

Dian mengajak saya untuk kembali menulis cerpen. Dia juga mengungkapkan mimpinya untuk membentuk komunitas sastra buruh. Sastra, kata Dian, akan melembutkan hati. Lebih bisa diterima oleh berbagai kalangan.

Berbagai isu dan dinamika kehidupan kaum buruh, bisa menjadi sumber inspirasi untuk menulis cerpen. Sesuatu yang saat ini jarang dilakukan oleh kaum buruh. Ketika nantinya banyak buruh mulai menulis sastra, maka akan lebih mudah terbentuk komunitas sastra buruh.

Saya setuju, ruang kreatifitas memang harus di buka. Inilah cara untuk memperkaya jiwa dan pengetahuan. Untuk mencintai manusia dengan segala sisi kemanusiaannya.

Pos terkait