Banjir Bekasi Dulu, Kini dan Nanti

Banjir Bekasi Dulu, Kini dan Nanti

Bekasi, KPonline – Perbincangan terkait banjir menjadi perbincangan paling populer saya kira di tahun 2021 ini, betapa tidak belum genap dua bulan memasuki tahun baru ini Bekasi sudah banjir beberapa kali, bahkan tempat saya tinggal di wilayah babelan sudah empat kali air masuk ke dalam rumah.

Dan Kota bekasi tujuh puluh persen wilayahnya tergenang banjir, belum termasuk wilayah Kabupaten seperti Cikarang, Babelan, Muara gembong, Tarumajaya, Tambun, Sukawangi, Cibitung dan lain sebagainya yang membuat Bekasi raya menjadi lumpuh untuk sementara karena banjir.

Bacaan Lainnya

Ngomongin banjir bekasi dulu, Pernah denger engga sejarah kali Bekasi dibuat?
Konon kali bekasi dibuat pada zaman kerajaan Tarumanegara yakni raja purnawarman sebagai aliran untuk mengairi sawah dan antisipasi banjir pada zamannya.

Dengan demikian sepertinya Bekasi memang wilayah banjir hal ini dikuatkan pula dengan adanya nama-nama wilayah atau kampung dengan nama rawa dan kobak seperti rawa panjang, rawa semut, rawa bebek, rawa tembaga, rawa roko, rawa kalong, kobak kandang, kobak wadonan yang sejatinya dulu adalah daerah resapan air dalam bentuk rawa-rawa atau kobakan kini berubah fungsi menjadi pemukiman.

Dulupun biasanya banjir terjadi diwilayah tempat saya tinggal hanya banjir biasa tidak sampai masuk ke rumah dan jikapun sampai masuk banjir ini biasanya banjir terjadi lima tahunan atau lebih seperti ditahun 2016, 2007, yang cukup parah sampai masuk kerumah. tidak seperti sekarang empat kali masuk rumah dalam kurun waktu belum genap dua bulan. Sangat miriskan?

Beda dulu beda sekarang, dimana Bekasi bagaikan bunga yang menawan indah dan keharumannya semerbak mengundang siapapun yang mencium atau memandangnya. Letak wilayah Geografis yang strategis berdekatan dengan Ibu Kota, Lahan kosong yang masih luas, dan segala akses lainnya mulai Jalan antar Wilayah, Tol, Pelabuhan dan lain-lain. Menjadi primadona para pemilik modal yang berbondong-bondong Berinvestasi mendirikan bangunan pabrik-pabrik dan segala macam penunjang lainnya.

Hingga sampai saat ini tercatat ada ribuan perusahaan atau pabrik yang ada di Bekasi raya bahkan Bekasi menjadi Kota Industri terbesar di Asia Tenggara.

Berdirinya pabrik-pabrik lantas mendorog masyarakat di daerah untuk berbondong-bondong menjadikan bekasi sebagai tujuan untuk mencari peruntungan.

Mereka mengisi ribuan pabrik-pabrik ini yang pada akhirnya perpindahan masayarakat ini dari berbagai daerah kebekasi tidak hanya membutuhkan sandang dan pangan tapi juga papan atau tempat tinggal.

Maka bermunculanlah hunian-hunian realestate, tempat tinggal dari yang mewah yang mungkin untuk para kelas Manager dan Presiden prusahaan pabrik sampai tempat tinggal kelas bawah para buruh yang mendapat subsidi dari pemerintah.

Sampai disini kita sudah mendapatkan dua persoalan yang berkaitan dengan banjir yakni adanya ribuan pabrik dan ribuan juga perumahan yang keduanya membutuhkan tempat atau lahan dengan kata lain, lahan-lahan yang ada di Bekasi menjadi berubah fungsi yang tadinya sebagai lahan kosong resapan air seperti persawahan, kebun, tambak, rawa-rawa atau empang dan tambak menjadi area pabrik dan perumahan.

Belum lagi dampak perpindahan masayarakat urban serta ketidak mampuan pemerintah daerah dalam mensiasati segala macam permasalahan kota yang kompleks seperti masalah sampah.

Namun bicara Banjir Bekasi Dulu, Kini, dan Nanti setidaknya menurut saya memiliki dua faktor. Faktor Pertama adalah faktor banjir secara internal dan kedua adalah Faktor banjir secara Eksternal.

Faktor Internal adalah faktor yang dipengaruhi dari beberapa unsur seperti paparan saya diatas yaitu diantaranya:

1. Perubahan Wilayah
Perubahan wilayah yang semula area persawahan, kebun, rawa dan tambak berubah menjadi pemukiman warga, perumahan, pabrik, dan bangunan-bangunan lainnya. Yang mengakibatkan hilangnya resapan air. Air tak langsung meresap kedalam tanah atau lahan-lahan kosong sebagaimana sebelum adanya pabrik maupun perumahan.

2. Sampah
Padatnya penduduk Kota dan Kabupaten Bekasi tentu saja mempengaruhi jumlah sampah yang dihasilkan dari kedua wilayah baik sampah industri rumah tangga maupun sampah dari perusahaan yang menjamur dibekasi. untuk wilayah yang berada diperkotaan mungkin sampah-sampah dibuang secara kolektif yang biasanya dibuang disuatu penampungan sementara seperti bak-bak sampah kemudian dibawa ke TPA baik TPA Bantar Gebang Kota Bekasi dan TPA Sumur Batu Kabupaten Bekasi. atau langsung ke TPS disuatu wilayah yang memiliki TPS dan dipilah untuk didaur ulang ada juga yang dibakar biasanya bagi sampah yang sudah tidak lagi bisa dimanfaatkan.

Namun bagi beberapa wilayah mungkin seperti wilayah di Bekasi Utara sering kali sampah-sampah ini dibuang sembarangan, seperti dibantaran kali, dipinggir jalan, atau dikebon-kebon kosong. jika kita melewati jalan di Babelan arah Harapan indah misalnya kita akan mendapati tumpukan sampah dipinggir jalan ataupun jalan Pulo puter CBL arah ke Cibitung dan sekitarnya. sampah-sampah inilah pemicu banjir apabila menyumbat saluran air,
Ketika sampah ini dibuang kekali maka sampah-sampah inipun menjadikan kali semakin dangkal dan akibatnya air tidak dapat mengalir dengan baik dan terjadilah banjir.

3. Pendangkalan Sungai \ Kali
Perawatan sungai mestinya dilakukan secara berkala dan mendapatkan perhatian khusus karena dengan dangkalnya sungai atau kali menghambat pergerakan air dari hulu menuju hilir. kali-kali yang dangkal ini biasanya berisi lumpur, sampah atau bebatuan yang terbawa arus dari hulu yang kemudian mengendap disepanjang sungai. selama saya tinggal dan hidup di kampung yang diapit oleh dua kali hanya kali CBL / cikarang yang dikeruk, sementara kali bekasi belum pernah saya melihat adanya upaya pengerukan. Adapun kali yang menuju laut dikeruk karena sebagai lintasan untuk kapal tongkang masuk mengangkut batu bara milik PT. Cikarang Listrindo yang ada di Babelan.

4. Kebijakan Pemerintah Daerah
Kebijakan Pemerintah Daerah dalam hal ini seperti Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Ijin pengembang property, Ijin pendirian Pabrik dan kebijakan lain yang berkaitan dengan banjir. diantaranya juga ketidak tegasan Pemda dalam ijin pendirian Ruko-ruko atau pemukiman di bantaran kali atau Daerah Aliran Sungai (DAS). Yang mestinya proses-proses pemberian ijin suatu pendirian Industri atau Perumahan dilakukan kajian terlebih dahulu yang lebih komprehensif dan diatur sedemikian mungkin agar tidak berbenturan dengan hal-hal yang dapat merugikan masyarakat salah satunya Banjir.

Sementara Faktor Eksternal banjir Bekasi adalah Faktor yang dipengaruhi oleh faktor dari luar Bekasi namun meski begitu faktor eksternal ini juga sangat mempengaruhi Banjir di Bekasi. adapun faktor eksternal ini adalah :

1.Iklim \ Intensitas Curah Hujan yang Tinggi

Tingginya curah hujan yang cukup tingi terbukti membuat banjir diwilayah bekasi apalagi ketika wilayah ini tidak memiliki drainase yang baik maka air hujan akan terpeangkap pada satu wilayah yang mengakibatkan pemukiman menjadi Banjir seperti dibeberapa titik banjir diawal tahun 2020.

Menurut saya intensitas hujan yang tinggi masuk dalam kategori eksternal karena cuaca biasanya berubah dengan cepat dan bahkan berpindah dari satu wilayah kewilayah lain.

2. Banjir Kiriman
Banjir kiriman ini adalah Banjir yang pada dasarnya pergerakan air dari Hulu menuju hilir
dimana wilayah Hulu seperti Bogor, Bandung, membuang airnya kesungai belum lagi wilayah lain seperti karawang, purwakarta serta daerah lain yang sungainya terhubung ke sungai yang ada di bekasi. dimana semua wilayah ini airnya tumpah kealiran sungai yang melewati desa-desa atau kelurahan yang ada di Kota maupun Kabupaten Bekasi dan karena debit air yang besar mengakibatkan air tak tertampung sungai dan meluap hingga mengakibatkan banjir.

Yang paling sering mengirim kiriman Banjir kebekasi diantaranya kiriman dari aliran kali Cikeas Bogor yang menuju ke aliran kali Kota Bekasi dan terus mengalir ke Kabupaten Bekasi. Juga Kali Citarum yang hulunya ada di Kabupaten Bandung dan air ini bergerak ke wilayah Bekasi dan berakhir kewilayah hilir pesisir Bekasi yakni Muara Gembong.

3. Banjir Rob
Rob adalah banjir air laut atau naiknya permukaan air laut. Rob adalah banjir yang diakibatkan oleh air laut yang pasang yang menggenangi daratan, merupakan permasalahan yang terjadi di daerah yang lebih rendah dari muka air laut. Di Bekasi permasalahan Rob ini telah terjadi cukup lama dan semakin parah karena terjadi penurunan muka tanah sedang muka air laut meninggi sebagai akibat pemanasan suhu bumi. tepatnya di Daerah pesisir Bekasi yakni wilayah Kecamatan Muara Gembong yang sering kedapatan Banjir Rob air laut, ini juga bagian dari fakor eksternal terjadinya banjir di bekasi.

Dua faktor inilah yang menyebabkan terjadinya banjir di wilayah Bekasi saya kira.

Saya beranggapan selama Kota tidak ditata dengan baik, ketidak tegasan pemerintah daerah dalam memberikan sanksi terkait bangunan liar ataupun maraknya pembuangan sampah di kali dan pinggir jalan, ditambah kurangnya perhatian masayarakat terhadap lingkungan Bekasi akan kian terpuruk tidak hanya Banjir tapi juga dengan persolan-persoalan lain.

Bahkan dengan berkurangnya daerah resapan air seperti sawah dan rawa yang kini terus berganti menjadi area pemukiman maka kedepan banjir akan terus semakin parah bahkan lebih dari tahun ini.

Semoga saja kita bisa saling bersinergi dan memberi solusi bukan hanya memberikan kritikan tapi juga gagasan-gagasan terkait problem di kota yang kita cintai ini. aamiin.

(Dikutip dari blog pribadi Muhaidin Darma)