Ambyar, Upah Buruh Cuma Naik 1,09% Pertalite Malah Naik 31%

Jakarta, KPonline – Entah kata kata apa yang tepat digunakan saat ini, ironis sekali hidup sebagai buruh dan rakyat Indonesia. Alih alih ingin hidup sejahtera dari setiap kebijakan pemerintah, tapi malah sebaliknya, makin kesini makin ‘ambyar’ dengan banyaknya kebijakan pemerintah yang justru tak pernah berpihak kepada buruh dan rakyatnya sendiri.

Sebut saja mulai dari Omnibus Law yang berimbas pada penerapan upah minimum kota/kabupaten ataupun provinsi menjadi sangat rendah kenaikannya. Hingga yang terbaru adalah kenaikan harga BBM bersubsidi yang baru saja diumumkan hari ini, sabtu siang 3 September 2022.

Menurut data riset, kenaikan UMK/UMP tahun 2022 di Indonesia rata-rata adalah 1,09%, sedangkan kenaikan harga BBM hari ini jauh lebih besar diatas kenaikan rata rata upah buruh di Indonesia tersebut. Jenis Pertalite naik 31%, Solar 25% sedangkan Pertamax sebesar 14%.

Ambyar nasibmu wahai kaum buruh dan rakyat Indonesia, hari ini Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Arifin Tasrif mengatakan pemerintah resmi menaikan harga BBM bersubsidi Pertalite dari harga semula Rp7.650/liter menjadi Rp10 ribu.

“Tanggal 3 September 2022 pukul 13.30 pemerintah memutuskan untuk menyesuaikan harga BBM subdisi Rp7.650 menjadi Rp10 ribu/ liter. Sementara solar subsidi yang tadinya Rp 5.150/liter menjadi Rp6.800/perliter,” ujar Arifin Tasrif dalam keterangan pers di Istana Presiden, Sabtu 3 September 2022.

Direktur aksi nasional FSPMI, Rifki Mubarok langsung bereaksi keras atas kenaikan harga BBM ini.

“Pemerintah memaksakan kehendak
harga BBM dipaksa naik, bisa dipastikan
Rakyat semakin menjerit.
Keadaan buruh semakin tercekik, kehidupan nelayan semakin terhimpit, kondisi petani semakin sulit.” ungkapnya kepada Media Perdjoeangan usai harga baru BBM diumumkan pemerintah (2/9).

“Dengan kenaikan ini, Inflasi akan melejit,
harga – harga barang melambung tinggi,
harga kebutuhan pasti melonjak naik. Dan pastinya daya beli masyarakat semakin turun, ini efek domino yang tak bisa dihindari.” tambah Mubarok.

“Kenyataan perih yang terjadi di negeri yang kita cintai, sebuah ironi dimana negara yang kaya raya gemah ripah loh jinawi tak bisa dinikmati oleh rakyatnya sendiri.” tegasnya lagi, menyampaikan reaksi keras atas kenaikan harga BBM siang ini.

“Pemerintah kehilangan keberpihakan kepada buruh dan rakyatnya sendiri. Tak lagi peduli tak lagi berempati,
Matinya hati nurani
membuat rakyat semakin sengsara dan buruh menderita.” jelasnya lagi.

Oleh karenanya Mubarok kembali mengingat dan mengajak seluruh buruh dan lapisan masyarakat untuk menguatkan tekad dan keyakinan berjuang dan bersuara lantang, meneriakkan perlawanan demi menyuarakan kebenaran demi menegakkan keadilan, tolak kenaikan harga BBM bersubsidi dengan turun aksi pada 6 September 2022 mendatang.

“Kita berkewajiban meluruskan kebijakan pemerintah,
mempengaruhi kebijakan pemerintah agar berani berpihak pada kepentingan rakyat Indonesia, salah satunya dengan membatalkan kenaikan harga BBM bersubsidi hari ini.” pungkasnya.

(Jim).