Jakarta, KPonline – Angkatan 2019 telah lahir. Demikian beberapa orang mengatakan. Ini merujuk aksi mahasiswa yang mulai menggeliat dalam beberapa hari ini.
Banyak pujian di sana-sini. Inilah yang diharapkan. Anak-anak muda kita tidak diam ketika melihat ketidakadilan.
Di stasiun kereta, misalnya, kita bisa melihat rakyat memberikan dukungan. Mahasiswa menyanyikan lagu-lagu perjuangan. Masyarakat memberi buah hingga air minum kepada mahasiswa. Suasana seperti ini sulit digambarkan dengan kata-kata.
Jika sebelumnya banyak yang mempertanyakan, kemana mahasiswa? Sibuk main game dan pacaran? Kini mereka sudah hadir di tengah-tengah publik dengan membentangkan berbagai tuntutan.
“Negara tidak memfasilitasi rindu. Tapi pingin ikut campur ketika kita bertemu,” demikian salah satu tuntutan yang mereka suaraku.
Spanduk yang lain juga dibentangkan. “Jangan bunuh KPK. Bunuh saja mantanku.”
Suara-suara itu sangat orisinil. Khas anak muda. Tetapi di situlah problematika yang saat ini kita hadapi.
Dalam aksinya, mereka menyuarakan hal yang paling substantif. Sesuatu yang, membuat kita resah dan gelisah. Sesuatu yang tidak kita setujui. Tetapi kita tidak memiliki cukup keberanian untuk mengungkapkan ketidaksetujuan itu dalam sebuah aksi penyampaian pendapat di muka umum.
Oleh karena itu, kita berterima kasih dengan aksi yang mereka lakukan. Anak-anak muda ini telah menyuarakan apa yang sama-sama kita resahkan.