Ada Amanah yang Kami Pikul

Pandeglang, KPonline – Bermula dari Bogor, lalu menembus belantara beton Ibukota, mobil yang membawa kami menuju Labuan, Banten terus menyusuri jalan Tol JORR (Jakarta Outer Ring Road) mengarah ke Jalan Tol Jakarta-Merak. Kondisi jalan tol yang cukup baik dan terawat, terasa berbanding terbalik dengan situasi dan kondisi yang sedang dirasakan oleh rakyat di negeri ini.

Menepi di Rest Area Km 42 Tol Balaraja, untuk sekedar melepas penat dan lelah, setelah 3,5 jam menempuh perjalanan diatas aspal jalan tol. Meneguk segelas kopi hangat dan beberapa camilan khas daerah sekitar. Obrolan hangat tentang berbagai hal, menambah daya tarik perjalanan kali ini. Membawa bantuan kemanusiaan itu, ternyata tak semudah dan seindah yang dibayangkan oleh orang-orang.

Bacaan Lainnya

Ada satu misi penting yang berada dipundak rombongan tim penyaluran bantuan kemanusiaan FSPMI Bogor. Dan tentunya, ada amanah yang akan disampaikan kepada mereka, saudara-saudara kita yang saat ini masih sangat membutuhkan uluran tangan.

Warga masyarakat Kampung Nelayan, Desa Taman Jaya sepertinya akan menjadi salah satu destinasi “wisata sosial” kami, dari sekian banyak daerah yang akan kami kunjungi.

Waktu menunjukkan pukul 04:23 WIB, ketika adzan Subuh berkumandang dari satu mesjid yang berada ditengah-tengah Pasar Panimbang. Rombongan tim penyaluran bantuan kemanusiaan FSPMI Bogor pun beranjak dari pejaman mata yang sekejap. Sholat berjamaah bersama para pedagang dan warga masyarakat sekitar pasar tradisional yang berada di jalur wisata ini.

Aroma laut yang hanya berjarak sepelemparan batu dari mesjid, menambah semangat rombongan tim penyaluran bantuan kemanusiaan FSPMI Bogor, untuk segera menuju lokasi bencana.

Gempa tektonik dan gempa vulkanik dari Gunung Anak Krakatau, disusul hantaman ombak tsunami, meluluh lantakan sendi-sendi perekonomian warga masyarakat sekitar pesisir laut Selat Sunda.

Kami sempat bertemu dan berbincang-bincang dengan salah seorang relawan kemanusiaan yang berasal dari Hilal Merah Indonesia. Pria berkopiah putih, berbadan tegap dan berperawakan kekar, yang tidak ingin disebutkan namanya tersebut, menjelaskan secara rinci tentang situasi dan kondisi medan yang akan kami hadapi 2 jam perjalanan nanti.

Jalanan yang rusak parah, sulitnya jaringan komunikasi dan berbagai halangan dan rintangan yang akan kami hadapi didepan. Perbekalan yang ala kadarnya dan kebulatan tekad yang sudah kami satukan dalam sebuah kesatuan solidaritas tanpa batas.

Apakah kami akan membalikkan badan, lalu kembali pulang? Kami FSPMI. Kesulitan, masalah, perjuangan, penderitaan, kesusahan, suka duka adalah sebagian kecil dari nama-nama tengah yang kami miliki. Ada tugas yang akan kami selesaikan. Ada amanah yang kami pikul dan akan kami sampaikan kepada yang berhak.

Pos terkait