Solo, KPonline – Berbicara mengenai pengupahan tentunya menjadi salah satu tema yang menarik untuk didiskusikan, apalagi kondisi pengupahan yang ada di Indonesia tiap tahunnya selalu tidak pernah sepi dengan yang namanya perdebatan antara pihak Pengusaha dengan Pihak Serikat Pekerja sebagai wakil dari pekerja.
Di satu sisi tentunya dari pihak Pengusaha sebisa mungkin untuk kenaikan upah pekerja tidak mengalami kenaikan yang begitu besar bahkan kalau bisa tidak mengalami kenaikan dengan berbagai macam alasan, namun di sisi yang lain dalam hal ini buruh/pekerja tentunya menginginkan kenaikan upah yang berkeadilan yang mampu meningkatkan kesejahteraan taraf hidup mereka beserta keluarganya.
Melihat situasi carut marut pengupahan di Indonesia akhir-akhir ini, apalagi di sektor TGSL (Textile, Garment, Shoes and Leather) yang merupakan industri padat karya dengan begitu banyak perbedaan besaran upah, dari Industri All, Setia & Belgium menggagas adanya Workshop Upah Nasional di Sektor TGSL yang dilaksanakan pada hari Selasa (28/2/2023) di Kota Solo.
Bertempat di Hotel Swiss-Belinn Solo, workshop tersebut dihadiri perwakilan-perwakilan dari SPN, Garteks, IFSI-ISVI dan FSPMI di Jawa Tengah. Darlina selaku perwakilan dari Industri All mengungkapkan alasan mengapa workshop pengupahan ini perlu dilakukan.
“Dengan adanya workshop ini kita bermimpi untuk menyusun upah yang bersandar Nasional di sektor TGSL. Seminar ini pula semoga bisa menyatukan mimpi kita bersama untuk mewujudkan adanya upah standard Nasional di Sektor TGSL,” ucapnya.
Alasan yang senada disampaikan pula oleh Yohanes Saman perwakilan dari Serikat Pekerja Nasional (SPN) yang menginginkan adanya standard upah nasional.
“Perbedaan upah antara satu daerah dengan daerah yang lain yang terlalu mencolok itu yang mendorong kita untuk membuat perhitungan upah secara Nasional,” jelasnya.
Sementara itu dari perwakilan FSPMI yang dalam hal ini diwakili oleh Ibrahim selaku Wakil Ketua Bidang K3, Pengupahan dan PKB PP SPAI FSPMI menyoroti masalah permasalahan yang sering timbul di sektor TGSL yang menyebabkan adanya ketimpangan upah.
“Upah merupakan urat nadi buruh, dan permasalahannya adalah upah di sektor TGSL sering tidak dibayar sesuai ketetapan UMK. Maka dengan adanya Workshop Upah Nasional di sektor TGSL itu bisa mendorong upah supaya tidak ada ketimpangan upah,” ungkapnya.
Dalam kesempatan ini pula para peserta selain diberikan materi tentang penyusunan komponen KHL, juga diajak berdiskusi tentang komponen upah sebelum bisa menyusun standard upah nasional yang diinginkan. (Ika/sup)