Waktunya Tradisi Mremaan

Cirebon, KPonline – Kata Mremaan akan sering terdengar ketika akan mendekati hari Lebaran baik lebaran idul fitri maupun idul adha. Bagi masyarakat Cirebon sendiri kata mremaan seakan menjadi pertanda untuk persiapan menyambut lebaran dengan berburu pakaian baru dan persiapan membeli bahan makanan yang akan dimasak dimalam lebaran.

Mremaan sendiri terbagi menjadi dua biasanya terjadi pada H-1 dan H-2 lebaran, untuk H-1 biasa disebut mrema gede dan H-2 disebut mrema cilik. Pada saat mremaan masyarakat akan memadati pusat sandang, pusat jajanan, pasar tradisional, bahkan mal guna memenuhi kebutuhan saat lebaran.

Dipasar tradisional masyarakat akan berbelanja bukan cuma untuk kebutuhan di hari lebaran saja melainkan untuk hari setelah lebaran dikarenakan banyak pedagang yang belum berjualan dan masih merayakan lebaran. Hal ini menyebabkan pasar tradisional diserbu masyarakat demi memenuhi kebutuhan sembako setelah lebaran.

Pada saat mremaan biasanya harga bahan makanan dan sembako cenderung mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan pasokan sembako yang masih belum stabil seperti hari biasanya. Selain bahan makanan dan sembako pada saat mremaan juga dipenuhi oleh para penjual “kembang slasi” baik yang menjajakan dagangannya di pasar maupun berkeliling. Bagi sebagian masyarakat Cirebon kembang slasi merupakan bawaan wajib saat nyekar atau mengunjungi makam saat lebaran.

Trian (Cirebon)