Bekasi, KPonline – Aksi yang dilakukan Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) beserta Federasi Serikat Pekerja Afiliasi kemarin Rabu (2/10/2019) di depan Gedung DPR RI mempunyai arti penting bagi buruh khususnya KSPI.
Meski menuai banyak kritik, aksi kemarin adalah sebuah penegasan, bahwa Obon Tabroni yang lolos menjadi anggota DPR RI periode 2019 – 2024 benar-benar menjadi ujung tombak suara buruh di dalam parlemen.
Obon Tabroni yang masuk menjadi anggota legislatif lahir murni dari gerakan buruh. Maka dapat dipastikan Obon akan berjuang sepenuh hati untuk kaum buruh. Bukan hanya buruh yang tergabung dalam FSPMI dan KSPI, akan tetapi berjuang untuk buruh seluruh Indonesia.
Aspirasi buruh terutama tentang adanya usulan pemerintah untuk merevisi Undang-Undang no 13 tahun 2003 akan disuarakan Obon dengan lantang menolak. Tidak hanya itu, undang-undang maupun peraturan pemerintah yang merugikan buruh dan rakyat juga akan disuarakan melalui Obon Tabroni.
Aksi kemarin menjadi bukti bahwa Obon Tabroni tidak sendiri dalam bersuara menolak undang-undang dan peraturan pemerintah yang merugikan buruh. Dibelakang Obon ada ribuan buruh yang siap menyuarakan hal yang sama.
Tidak hanya mendukung secara moral, akan tetapi ribuan buruh juga siap menggelar aksi manakala loby di dalam parlemen menemui jalan buntu.
Sungguh munafik jika ada buruh yang nyinyir melihat Obon Tabroni masuk menjadi anggota legislatif di DPR RI, padahal jika berhasil maka hasil perjuangannya dia juga ikut menikmati.
Obon Tabroni adalah satu suara yang mewakili ribuan suara buruh yang digaungkan di dalam gedung parlemen. Obon tidak sendiri, tetapi ada ribuan buruh yang menaruh harapan di pundak seorang Obon.
Andai saja tidak ada seorang Obon atau tidak ada satupun wakil buruh yang masuk parlemen, maka bisa saja aksi-aksi buruh diluar gedung parlemen hanya dianggap angin lalu. Belum lagi jika aksi dibubarkan paksa secara represif oleh aparat. Menggerutu dan mengumpat di media sosial tidak akan menyelesaikan masalah bukan?
Buruh mau sampai kapan teriak-teriak memperjuangkan nasibnya tanpa ada wakil buruh yang juga meneriakan suara yang sama di dalam gedung parlemen. Berhentilah beretorika, saatnya buruh berjuang dengan sekuat-kuatnya, dari dalam maupun dari luar parlemen. (Ed)