Kebumen, KPonline – Di sela sela rehat setelah perayaan malam hari Raya Idul Fitri 1444 H di lapangan bola Mandala Krida, Jum’at (21/4), Pembina Abid Hizamulwafa menceritakan sejarah singkat berdirinya seni atraksi Abid di Desa Klopogodo, Kec. Gombong, Kab. Kebumen.
“Permainan atraksi ini merupakan permainan sangat positif, murni bimbingan para senior menuntut keterampilan dan keahlian para pemainnya, dengan kata lain tidak unsur magic di dalamnya,” kata Hizamulwafa.
Permainan Abid seni permainan api ini awal mula di bawa dari pondok pesantren mendit Kritig Petanahan sekitar tahun 1958 oleh Kiyai Abdan Syakuro. Ia merupakan pencetus berdirinya seni main Abid di Kebumen.
Seni atraksi Abid ini awal mula bertujuan sebagai sarana membentuk karakter para Pemuda Islam pada saat itu agar benar benar cinta terhadap agama dan mencintai seni permainan api tersebut.
Yang kedua bertujuan merekrut para generasi muda yang agamis agar mencintai agamanya, namun sarananya dengan permainan api. Dengan main api otomatis para pemuda pada waktu itu akan langsung berkerumun dan tertarik dengan permainan tersebut.
Permainan api ini sudah melanglang buana sejak tahun 90an. Penampilan pertama yaitu saat mendapat undangan dari Mesjid Mujahidin Karang Anyar dimana tepat berdirinya pondok Wathoniyah modern yang dipimpin oleh KH Burhani Joko Handoko sekaligus mengundang Alamsyah Ratu Prawiranegara Menteri Agama pada waktu itu.
Tampil kedua kalinya disambut oleh tokoh tokoh nasional, terutama para pejabat tinggi Negara RI dan disambut oleh Nasida Ria dimana awal mula munculnya Nasida Ria di Semarang.
Di Desa Klopogodo sendiri para pemain atraksi Abid ini sudah sampai empat generasi. Hizamulwafa berharap para pemuda terus melestarikan kearifan lokal seni atraksi Abid ini, karena satu satunya seni tradisi Islam di Kebumen agar tidak punah tergerus jaman.
“Kearifan lokal dari Desa Klopogodo, oleh Desa Klopogodo dan untuk Desa Klopogodo,” pungkas Hizamulwafa. (Sukardi)