Said Iqbal Soroti Rendahnya Daya Beli dan Kesenjangan Ekonomi

Rekernas Gerakan Selamatkan Indonesia. MEDIA PERDJOEANGAN/Kahar S. Cahyono

Jakarta, KPonline – Berbicara di pembukaan Rakernas Gerakan Selamatkan Indonesia, Presiden Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) yang juga Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) menyoroti rendahnya daya beli dan kesenjangan ekonomi.

Menurut Said Iqbal, pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati oleh kalangan menengah ke atas. Sedangkan kelas menengah ke bawah, mayoritas rakyat Indonesia, tetap saja hidup susah.

Dia menyinggung batas angka kemiskinan yang hanya berpenghasilan 11.000 per hari. Menurutnya, itu adalah angka yang tidak masuk akal. Untuk makan sekali saja, di Jakarta, lebih besar dari itu. Bagaimana mungkin dia bisa makan tiga hari sekali?

Memang, kelihatanya angka kemiskinan rendah. Tetapi nyatanya, kemiskinan bisa disaksikan dimana-mana. Baik di desa maupun di kota.

Said Iqbal mencontohkan buruh yang saat ini beban hidupnya makin berat akibat kenaikan harga-harga. Banyak buruh yang terjebak pada hutang, akibat pendapatan yang lebih besar pasak daripada tiang. Upah buruh selalu nombok untuk memenuhi biaya hidup.

Kalau buruh yang di sektor formal saja nombok, bagaimana masyarakat yang bekerja di sektor lain? Bagaimana dengan mereka yang hanya bekerja serabutan dan atau pengangguran?

Sementara di sisi lain, ekonomi di klaim terus tumbuh. Pertanyaannya kemudian, ekonomi yang tumbuh itu untuk siapa? Faktanya gini rasio masih besar. Ibarat kata, yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin.

Berdasarkan data, 4 orang terkaya kekayaannya setara dengan 100 juta kekayaan orang miskin. Ketimpangan ekonomi makin menjadi-jadi. Sedih.

Karena itulah, negara harus hadir.

Said Iqbal mengaku sudah berbicara dengan Prabowo Subianto mengenai pentingnya kehadiran negara. Kalau rakyat sakit, negara harus hadir dengan memberikan pelayanan jaminan kesehatan. Kalau rakyat menganggur, negara hadir dengan memberikan jaminan pengangguran yang besarnya cukup digunakan memenuhi kenutuhan dasar untuk hidup. Ketika harga-harga tinggi, negara hadir melakukan intervensi. Tidak mengharamkan subsidi.

Said Iqbal menyebut sebagai pasar sosial. Jadi, selain pasar modal dan pasar barang, harus ada pasar sosial. Pasar sosial inilah yang memastikan orang miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. Bukannya dibiarkan layaknya binatang yang mati kelaparan dan tanpa pengobatan saat mereka sakit.

Ini bukan sesuatu yang tidak mungkin. Asalkan pemerintah bersungguh-sungguh dalam mewujudkan kedaulatan pangan dan energi. Mengembalikan kekayaan alam, untuk digunakan bagi sebesar-besarnya kepentingan rakyat.