Rilis Profile, Broderhood : Prelaunch Mini Album Perdana

Medan, KPonline – BAND ini terbentuk pada Februari 2018 menyebut musik mereka sebagai Alternative Reggae dengan sentuhan ska, skinhead, rocksteady, punk dan rock.

Hal itu mencerminkan latar belakang dari personelnya, yang memberikan warna tersendiri dalam lagu yang mereka ciptakan.

Pilihan nama Broderhood dengan aksen “d” adalah strategi mereka menghadapi era masa kini yang memerlukan identitas tunggal, singkat dan menarik dalam garis waktu sosial media untuk memudahkan pencarian di platform digital.

Band beranggotakan Alam (vocal), M Topan Febrian/Mamer (gitar), Avena (gitar), Ari (bass) dan Opan Gobank (drums) telah menghasilkan beberapa lagu sebagai bentuk kreatifitas dalam bermusik.

Opan drumer di Broderhood band menuturkan.
“Broderhood juga telah merilis mini album berjudul Paradoks berisi enam lagu yaitu Vespa Dansa, Falling in Love, Kembali Pulang, Dejavu, Kuingin Bernyanyi dan Mary ditujukan sebagai tanggungjawab karya dalam bentuk rilisan fisik.”

Barang bentuk rilisan fisik; kaset pita yang mereka pilih bukan tanpa sebab.

Avena menyebutkan : “pilihan rilisan kaset ini karena melihat harus ada tinggalan karya, tidak hanya romantisme tapi juga mendobrak batas kekinian yang terjebak dalam rilis single, digital pula” urau pemetik gitar satu (1) Broderhood band ini.

Lini reggae bergerak dari komunitas vespa ini menyuarakan syair-syair kehidupan yang menggelitik ditingkahi pola permainan yang mumpuni sebagai kelompok musik, jam terbang penampilan yang telah melewati beragam panggung pertunjukan menjadi bukti kesolidan Broderhood dalam berkarya.

Pilihan Broderhood atas ramuan musik Alternative Reggae didasarkan pada celah reggae sebagai bentuk pergerakan, hibriditas musik dunia yang cair. Menariknya Broderhood berkiblat pada Ethiopian reggae sebagai akar bermusik, sesuatu yang jarang dilakukan grup musik reggae lainnya dengan kiblat Jamaican reggae.

Avena menambahkan “akar bermusik Broderhood sebagai jawaban atas pergumulan musik reggae di Indonesia yang diidentikkan dengan beragam atribusi stigma negatif.

“Kami memilih Ethiopian reggae untuk menembus sekat reggae di Indonesia dan membuka wacana tentang luasnya sudut pandang dunia reggae secara umum” tambahnya

Selain melakukan promosi enam lagu Broderhood yang terekam dalam album Paradoks di kota sepanjang Sumatera Utara, juga berkutat pada materi lagu diciptakan khusus sebagai bentuk movement sebuah band reggae yang menyoroti tentang alam sekitar berjudul Selamatkan Badak Sumatera, sebagai bentuk keprihatinan mereka tentang populasi Badak Sumatera yang menuju ambang kepunahan. (Topan Febri)