Resolusi Tahun Baru 2023, Henut Hendro : Berserikat Bukan Untuk Terpuruk

Bekasi, KPonline – Tahun 2022 baru saja kita lalui bersama. Tahun 2022 menjadi tahun yang penuh perjuangan dan pengorbanan bagi pergerakan klas pekerja khususnya gerakan dalam Serikat Pekerja.

Tahun boleh berganti, namun pergerakan untuk mewujudkan kesejahteraan, tetap semangat bahkan harus berlipat ganda demi menggapai kesejahteraan bersama yang hakiki.

Mengutip apa yang menjadi resolusi tahun 2023 di akun media sosial milik Henut Hendro. Dia adalah seorang pekerja yang aktif dalam pergerakan buruh/pekerja dalam bersosial, koperasi dan pergerakan politik kelas pekerja.

Menurut Henut, perjuangan buruh/pekerja telah dimulai ratusan tahun yang lalu, hingga lahirlah organisasi organisasi gerakan serikat pekerja serikat buruh, bahkan di Indonesia sendiri perjuangan para buruh sudah dimulai sebelum kemerdekaan.

Hingga detik ini, perjuangan para pekerja dan buruh terus berlangsung melalui serikat pekerja.

Banyak perubahan perubahan dan hasil yang terlahir atas perjuangan kelas buruh/pekerja melalui serikat buruh/pekerja.

Namun dibalik keberhasilan perjuangan tersebut terselip fakta yang justru membuat kondisi dan keadaan buruh pada satu keadaan yang sebenarnya memprihatinkan terlebih mereka yang mengalami PHK.

Banyaknya serikat buruh/pekerja pekerja, tidak serta merta menjadikan mereka semakin kuat dan solid. Hal ini dikarenakan tingginya ego maupun kepentingan masing masing serikat buruh/pekerja, belum lagi ego para pemimpin ataupun masing masing anggotanya, ditambah sesama buruh/pekerja yang saling bermusuhan hanya karena berbeda pendapat, ide, gagasan dan jalan yang sebenarnya tujuannya sama yaitu mewujudkan kesejahteraan bersama.

“Gerakan serikat buruh/pekerja mayoritas masih terfokus pada hal hal di dalam pabrik, padahal sebagian persoalan para buruh atau pekerja terjadi diluar pabrik, seperti biaya pendidikan, kesehatan yang mahal, kebutuhan pokok naik, BBM, listrik yang selalu naik maupun kebutuhan lainnya yang semakin tak terkendali, namun hal hal ini nyaris tidak tersentuh, dan hanya terfokus di dalam pabrik,” kata Henut.

Ini adalah fakta yang sebenarnya terjadi meskipun serikat buruh/pekerja, terus bergerak :

1. PHK semakin sulit dicegah.
2. Pengangkatan Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) nyaris sudah tidak ada.
3. Lapangan pekerjaan semakin sulit.
4. Keanggotaan serikat pekerja semakin menurun/berkurang.
5. Dll

Di sisi lain, kenyataan tragis sering terjadi terhadap kehidupan mereka yang sudah ter-PHK meskipun dulunya pernah bekerja di perusahaan besar ternama dengan gaji besar banyak lemburan dan bahkan pernah menjadi aktivis serikat pekerja :

1. Tak punya jaminan sosial karena masalah ekonomi.
2. Menjalani pekerjaan yang dulu pernah di tolak saat masih menjadi aktivis serikat pekerja
3. Kwalitas kehidupan ekonomi sosial yang semakin menurun.
4. Mudah jatuh sakit.

Pria kelahiran Boyolali ini menuturkan berserikat seharusnya dimaknai sebagai sebuah gerakan kebersamaan. Sehingga berserikat bukan untuk berakhir menderita, berserikat untuk kehidupan yang lebih baik dengan saling memanusiakan sesama buruh/pekerja tanpa saling memusuhi, dan saling mengeksploitasi.

Harapanya di awal tahun 2023 ini, kepada kawan kawan aktivis pekerja, aktivis buruh, pekerja dan buruh, semakin mempererat kuat gandengan tangan kebersamaan, tidak menjadikan permusuhan perpecahan sesama pekerja, buruh hanya karena beda ide, beda gagasan,beda cara, beda pemikiran padahal sebenarnya tujuan sama.

“Semua perbedaan yang ada semoga bisa seperti indahnya pelangi yang saling beda warna namun menjadi indah saat bersama, begitu juga dalam perbedaan ide, gagasan, cara tujuan perjuangan pekerja buruh yang saling melengkapi dalam indahnya kekuatan gerakan perjuangan demi terwujudnya martabat, kesejahteraan masa depan pekerja buruh Indonesia bersama keluarga yang lebih baik dengan berbalut berbagai perbedaan namun menyatu dalam kebersamaan yang indah,” harap bapak dari dua anak ini. (Yachubus)