Di antara desah angin
Dan desir pantai di bawahnya
Akan kunyanyikan lagu paling rindu
Untuk kujatuhkan ke senja kota Dinda
Kota di mana segerombolan sapi bebas kemanapun
Tak ada yang melarang,
Pun ketika banyak pemuda yang sibuk main handphone
Ketika Surau di depannya sepi melompong
Tak ada yang melarang
Kabel listrik dan jalan-jalan lengang kotamu
Toko kue dan rumah pejabat di sebelahnya
Adalah cara lain cinta memanggilmu pulang
Ke tempat teduh dan sepi yang kau lupakan: pelukku
Dinda tahu? Di sini pantai pernah menjadi mata lelahku
Yang mengedipkan ombak ke mata kaki rinduku
Lantas doa-doaku terbenam seperti matahari
Dan hanya ingin terbit lagi di setiap kelopak pagimu
Jangan tanyakan seperti apa angin bertiup di sini
Ia menyerupai kehilangan yang kualami: lembut dan amat dingin
Suara kucing dan piring kotor di rumah dan gagang pintu
Kelambu berlubang yang gagal menjaga mimpi-mimpi
Adalah satu-satunya selimut untuk menjaga kenangan tentangmu.
Tentang perginya sosok laki laki yang kau panggil Ayah
Namun percayalah, doa dan masa depan yang aku diaminkan
Akan menjagamu hingga akhir dunia
Di jalan-jalan sepi kotamu, sapi sapi berlengus kelaparan
Tak ada yang peduli