Peternak dan Pemilik Sapi Merugi Akibat Terjangkit Penyakit Lato-lato

Gunung Kidul, KPonline – Puluhan ekor sapi di Semin, Gunung Kidul, terjangkit penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) atau yang biasa disebut peternak penyakit lato-lato. Sebulan terakhir ini sekitar 18 ekor sapi positif LSD berujung mati.

Informasi yang dihimpun Koran Perdjoeangan, saat berkunjung ke keluarga bapak Hardiyanto (orang tua almarhumah Widiati) didapat informasi bahwa penyakit lato-lato hewan ternak ini sudah menyerang sejak awal Januari 2023.

Hardiyanto pun mengungkapkan salah satunya kulit sapi bentol-bentol. “Kulit sapi bentol-bentol segede bola pingpong bernanah dan ketika sudah meletus sapi mati dan daging atau kulit sapi kehitaman,” ungkap Hardiyanto.

Saat Koran Perdjoeangan mencoba mencari informasi dan ternyata penyakit lato-lato pada sapi terjadi lebih awal (Januari) di Lamongan, dikutip dari detik.com setidaknya 356 ekor sapi di Lamongan terjangkit penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) atau yang biasa disebut peternak penyakit lato-lato. Saat ini, dari 356 ekor sapi positif LSD, 1 di antaranya mati.

Data yang dihimpun dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Lamongan, penyakit lato-lato hewan ternak ini sudah menyerang sejak awal Januari 2023. “Selain itu gatal dan bernanah,” kata Rahendra

Lebih lanjut Rahendra mengatakan penularan LSD ini, jelas dia, sangat cepat layaknya penularan PMK pada hewan ternak. “Penularannya melalui gigitan nyamuk dan lalat,” imbuh Rahendra.

Ia mengimbau para peternak dan pemilik sapi untuk mengantisipasi penularan penyakit ini dengan segera melapor ke dinas terkait dan selalu menjaga kebersihan kandang.

Sementara upaya pengobatan dengan berbagai cara sudah dilakukan oleh para peternak dan pemilik sapi. Namun, semuanya tak membuahkan hasil.

Selain itu nafsu makan sapi terus berkurang hingga kurus dan terancam mati. Bahkan warga terpaksa menjual sapi-sapinya dengan harga murah, yakni Rp 2 juta per ekor padahal kalau kondisi sapu sehat mencapai puluhan juta. (Yanto)