Perspektif dari Lapangan, Saat Garda Metal Ikut Ambil Bagian HUT Bhayangkara Ke-79

Perspektif dari Lapangan, Saat Garda Metal Ikut Ambil Bagian HUT Bhayangkara Ke-79
Garda Metal di HUT Bhayangkara ke-79 yang diselenggarakan di Monas Jakarta | Foto by Budi Santoso

Jakarta, KPonline – Antusiasme tak hanya datang dari petinggi organisasi. Di Hari Ulang Tahun (HUT) Kepolisian Republik Indonesia (Bhayangkara) ke-79 yang diperingati pada 1 Juli setiap tahunnya, para anggota Garda Metal yang merupakan bagian dari salah satu pilar gerakan buruh Serikat Pekerja Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) merasakan sendiri atmosfer kebangsaan yang kuat. Dimana mereka dilibatkan secara langsung dalam prosesi perayaan HUT tersebut, yang diselenggarakan di Monumen Nasional (Monas). Selasa, (1/7/2025).

Bagi mereka, ini bukan hanya pengalaman baru, tapi juga pembuktian bahwa buruh bisa tampil elegan dalam forum resmi. “Biasanya Garda Metal selalu di luar pagar atau gerbang lokasi aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh FSPMI. Dan pada saat upacara-upacara seperti ini. Sekarang Garda Metal berdiri di dalam . Rasanya bangga sekali,” kata Wahyu Hidayat, seorang anggota Garda Metal yang juga merupakan Ketua Pimpinan Cabang SPAMK FSPMI Purwakarta.

Ia berharap ke depan sinergi semacam ini bisa lebih sering dilakukan. Bukan hanya dalam bentuk seremoni, tapi juga dalam diskusi kebijakan, penyusunan regulasi, dan penyelesaian konflik ketenagakerjaan.

Tidak dapat dipungkiri bahwa selama ini serikat pekerja sering kali dicap negatif, dengan dianggap sebagai pengganggu ketertiban, pemicu konflik industri, bahkan disusupi kepentingan politik.
Namun dengan tampilnya FSPMI dengan Garda Metal-nya dalam momen kenegaraan, anggapan itu mulai terkikis. Citra serikat pekerja mulai bergeser, dari kelompok protes menuju mitra dialog yang strategis.

Hari ini adalah panggung yang membuktikan bahwa buruh bisa disiplin, tertib, dan nasionalis,” ujar Supriyadi (Piyong), Panglima Koordinator Nasional (Pangkornas) Garda Metal FSPMI

Ia juga menekankan pentingnya menjaga momentum ini dengan tetap mengedepankan etika perjuangan, tidak terjebak pada kepentingan sesaat, serta terus menjaga nama baik organisasi.

Peristiwa ini bukan hanya sebuah momen. Ia adalah titik balik. Saat buruh tidak hanya menuntut dari luar pagar, tetapi masuk ke dalam arena kenegaraan. Ini adalah pesan kuat, bahwa perjuangan bisa berjalan beriringan dengan pengabdian.