Meski Tidak Ditemui, FSPMI Jawa Timur Lakukan Orasi Tiada Henti

Surabaya, KPonline – Hari ini satu catatan penting dituliskan oleh FSPMI Jawa Timur. Sebuah kesolidan dan ketaatan dalam berorganisasi di tunjukkan oleh mereka. Setidaknya hal ini terbukti, ketika ribuan anggota FSPMI turun memenuhi jalanan kota pahlawan.

Mereka adalah anggota yang kerja shift malam, shift sore, bahkan mungkin ada yang sengaja berkorban absen kerja. Diantaranya juga terlihat buruh yang sudah tidak bekerja lantaran di PHK dari perusahaan. Semua dilakukan dengan kesadaraan, demi nasib yang lebih baik  serta bersolidaritas untuk pekerja PT Smelting yang di PHK sepihak.

Rabu (12/04/2017), DPP FSPMI menginstruksikan kepada FSPMI di tiap wilayah di seluruh Indonesia untuk melakukan aksi Pra Mayday di dalam pergerakan ini menyuarakan tentang isu tuntutan nasional yakni Cabut PP 78/2015. Selain itu, juga menuntut usut, tangkap, serta adili koruptor dan tolak PHK sepihak di PT Smelting Gresik .

Sedangkan isu tuntutan lokal adalah segera Revisi UMSK sesuai dengan rekomendasi Bupati.

Massa dari Pasuruan, Mojokerto, dan Sidoarjo bertemu di titik kumpul depan Carefour A Yani Surabaya. Sebelumnya massa aksi Sidoarjo melakukan longmarch yang di mulai dari depan terminal Purabaya sambil melakukan orasi oleh orator Bambang Puryanto, hingga melewati bundaran Waru.

Setelah massa dari tiga daerah berkumpul kembali orasi dilakukan untuk beberapa saat untuk selanjutnya bergerak perlahan menuju gedung Grahadi. Di sepanjang jalan orasi terus disuarakan.
“PP 78/2015 sudah menggerus upah buruh. Upah tidak lagi berdasar pada kesejahteraan, tapi upah minimum yang semakin minim sebab hanya berdasarkan pertumbuhan ekonomi secara nasional dan inflasi. Tidak mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi daerah,” teriak Bambang Puryanto dalam orasinya.

Dalam perjalanan itu para korlap aksi mendapatkan informasi bila Gubernur Jatim Soekarwo tidak akan menemui buruh. Begitu juga Wakil Gubernur Gus Ipul. Ini membuat massa aksi meluapkan kekesalan dengan konvoi pelan hingga Kebun Binatang Surabaya dimana massa aksi Surabaya menunggu disana,jumlah mereka bertambah besar.

Hingga di jalan Basuki Rachmad Massa berhenti untuk menata barisan yang selanjutnya bergerak menuju Kantor Gubernur di jalan Pahlawan. Karena ada informasi bahwa akan ditemui Gubernur disana, bukan di Grahadi. Cuaca yang sangat panas tak menyurutkan semangat mereka.

Namun hingga jalan Bubutan samping tugu Pahlawan ternyata korlap mendapat keterangan jika yang menemui adalah staff Gubernur,mengetahui hal ini secara spontan massa di berhentikan untuk membentuk mimbar bebas disana ,orasi kembali di gelar selama satu jam.

Massa aksi bertahan meskipun terik matahari menyengat tepat diatas kepala.

Hingga akhirnya longmarch sejauh 1 Km dilakukan menuju Kantor Gubernur. Ternyata tetap saja Gubernur enggan menemui.

Karena yang akan menemui adalah para staff Gubernur maka korlap aksi memutuskan untuk tidak melakukan audensi dengan alasan jika hanya staff maka tidak akan bisa mengambil keputusan atas apa yang di suarakan buruh. Tuntutan buruh hanya akan mendapatkan jawaban, “semua sudah kami terima dan akan disampaikan kepada Gubernur.” Hal itu sama saja dengan tidak ada pertemuan.

Selanjutnya para orator FSPMI Jatim melakukan orasi secara bergantian hingga batas waktu aksi berakhir. Segala kekecewaan di suarakan dengan penuh emosi lantaran merasa jika buruh sudah tidak diperhatikan oleh Gubernur padahal buruh adalah salah satu penyumbang pajak terbesar di negara ini.

Feri dari PUK Maspion mengingatkan pejabat provinsi  terkait kasus PHK di Smelting dengan mempertanyakan apa motif provinsi Jatim yang terkesan membela pengusaha PT Smelting yang notabene orang Jepang. Padahal jika mau mengingat sejarah penjajahan jepang dalam 3,5 tahun saja sudah mengeruk Sumber Daya Alam Indonesia untuk dibawa ke negerinya.Bagaimana nasib buruh Smelting yang sudah tiga bulan tidak mendapatkan upah,lantaran terkena PHK sepihak?.

Sholeh Garda metal dalam orasinya menolak rencana revisi UU 13 2003. Dia menilai jika rencana tersebut menunjukkan bahwa negara sudah tidak lagi berpihak pada kepentingan rakyat dan buruh.

Khoirul Anam menyuarakan tentang semakin rumitnya pengawasan ketenagakerjaan semenjak ditarik ke Provinsi,sehingga buruh yang ditimpa permasalahan semakin sulit mendapatkan penyelesaian yang baik.

Terkait kasus Smelting ketua PUK SPL FSPMI PT Parin ini mengutuk Disnaker Gresik yang menerbitnya nota yang menyatakan bahwa mogok kerja yang dilakukan pekerja Smelting tidak sah. Karena yang seharusnya bisa menyatakan adalah pengadilan, sehingga sangat jelas bahwa Disnaker berpihak pada kepentingan pengusaha.

Ketua PC SPL Kab Sidoarjo Heri Novianto juga ikut melakukan orasi, dirinya menyuarakan bahwa apa yang dilakukan FSPMI Jawa Timur kali ini adalah satu bentuk Istiqomah dalam memperjuangkan hak hak buruh dan rakyat. Dimana kondisi saat ini menunjukkan  tidak adanya keadilan pemerintah bagi rakyat. Negara lebih condong pada kemauan pengusaha dan investor. Rakyat cukup dibayar seadanya asalkan  para investor bisa semakin kaya,bisa nyaman di negeri ini.

Hari ini pemerintah sama sekali tidak memandang keinginan buruh,namun itu tidak menyurutkan semangat FSPMI untuk terus berjuang .

“Satu Mei kita akan memperingati Mayday tapi tidak di Grahadi atau di Kantor Gubernur ini. Kita akan melakukannya di Romokalisari. Ini adalah bentuk protes kita pada pemerintah. Karena sudah lama kita mengikuti aturan namun nyatanya pemerintah tidak pernah menghargai hal itu, oleh karenannya mari siapkan diri untuk aksi Mayday mendatang.” Imbuh pria yang berasal dari Bojonegoro ini.

Orasi demi orasi terus disampaikan, hingga waktu menunjukkan pukul 17.00 wib,massa aksi pun membubarkan diri untuk kembali ke daerah masing masing.