Menjawab Perkara Julid Pekerja, Melindungi Hak Malah Disuruh Keluar

Bekasi, KPonline – Awal-awal masuk kerja merasa nyaman terutama saat gajian. Hari-hari dilalui dengan semangat bekerja dengan hasilnya pas-pasan tapi masih bisa menabung walaupun sedikit dan bisa untuk kredit motor untuk mendukung aktivitas bekerja.

Kehidupan terus berlanjut dan semua harus dijalani. Mulai dari menciptakan sebuah keluarga, punya anak, tentunya ingin memiliki rumah walaupun kredit juga.

Namun kenyamanan mulai terganggu di usia yang terus bertambah dan tidak mungkin lagi ada perusahaan yang mau menerima. Target perusahaan semakin tinggi dan memberatkan disertai ancaman.

Kesadaran mulai muncul karena PHK bisa datang kapan saja. Malah diperparah dengan omnibus law UU Cilaka yang mengancam bisa kehilangan pesangon.

Pesangon jadi harapan terakhir jika saatnya PHK datang yang tidak bisa diduga seperti halnya kematian. Apalagi mengingat tanggungan semakin besar seperti kebutuhan pendidikan anak dan bercita-cita untuk kuliah.

Lalu bergabung lah dalam serikat untuk melindungi hak-hak yang ada. Karena perusahaan mulai membuat tipu daya untuk PHK dengan semurah murahnya kalau perlu pekerja cukup diberikan ucapan terima kasih.

Eh, saat kita memperjuang hak dengan serikat pekerja malah tiba-tiba ada yang asal bunyi bilang “Kalau tidak betah, keluar aja. Masih banyak yang mau kerja”. Brengsek!

Memangnya yang ngomong mau bayarin kredit motor, kredit rumah, biaya anak sekolah dan kebutuhan hidup lainnya?

Berjuang dengan serikat pekerja menjadi keharusan di negeri ini. Karena negara tidak menjamin hak-hak pekerja kalau pekerja itu sendiri tidak mau menjaganya.

Bahkan ketika pekerja mengadu ke pemerintah melalui disnaker malah ditanya balik “mana serikat pekerjanya?”

Penulis: Deddy Chandra