Mengenang Widiati: Kenangannya tentang Omah Buruh

Bekasi, KPonline – Widiati, aktivis Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) itu telah pergi setelah berjuang melawan kanker serviks yang menggerogoti tubuhnya. Di mata sahabat dan teman dekat, Widiati adalah sosok yang luar biasa. Selain pernah menjabat sebagai ketua PUK, dia adalah pengurus PC SPL FSPMI Bekasi, Biro Perempuan, dan Tim Media Perdjoeangan.

Di bawah ini adalah salah satu tulisan Widiati, berjudul Kenangan di Omah Buruh.

Spesial KPonline mempublikasikan kembali tulisan ini, sebagai penghargaan terakhir kepada Widiati.

Baca juga: “Widiati, Dirimu Selalu di Hati Kami…”

* * *

Tenda yang berada di atas jembatan buntung,di ujung kawasan ejip ,ya itulah yang dinamakan omah buruh Bekasi.

Di atas jembatan itulah aku sering datang setelah pulang kerja. Disana kami sering ngorol bersama kawan-kawan dari berbagai PUK. Sering lupa waktu kalau sudah berkumpul dengan mereka. Bicara dari hal yang ringan sampai hall yang serius. Dari mulai tentang keadan PUK tempat kerja kita masing-masing hingga cerita tentang kehidupan keluarga.

Widiati, dalam sebuah aksi yang dilakukan di depan Gedung DPR – MPR

Senang memang kalau sudah bertemu kawan-kawan di omah buruh semakin menjalin keakraban. Di omah buruh sering di adakan agenda dari bedah kasus yang terjadi di PUK-PUK, pendidikan ekopol, juga ada konsolidasi akbar. Omah buruh memang menjadi tempat berkumpulannya buruh, karena selain mudah di jangkau dan juga tidak di pungut biaya.

Pada hari Sabtu dan Minggu di omah buruh di jembatan satu dan dua akan banyak PUK atau calon PUK yang datang untuk konsolidasi bersama pimpinan cabang dan perangkatnya. Bahkan sampai di bawah jembatan dua hingga depan PT Biotek penuh sesak. Kadang harus antri konsolidasi karena keterbatasan personil dari perangkat cabang. Pernah juga PUK tempatku bekerja konsolidasi dari jam 15:30 wib samapai 23:00 wib. Tapi kami tetap semangat demi kemajuan kami jaga,

Aku masih ingat ketika rombongan omah tani Batang berkunjung ke omah buruh. Ibu-ibu dari Batang meracik minuman tradisional yang bikin sehat. Membuat aneka makanan yang baha -bahannya di bawa dari Batang. Saat itu pertama kalinya ku dengar deklarasi BURUH GO POLITIK. Sangat luar biasa antusias buruh Bekasi saat itu, ketika Handoko dari omah tani batang memberikan penjelasan tentang go politik

Masih ku ingat ketika mars FSPMI di kumandangkan dengan sangat semangat samapai lompat-lompat di atas hingga jembatan goyang. Banyak juga yang lari ketakutan. Dikira ada gempa. Padahal jembatan memang didiesain seperti itu. Memang luar biasa semangat kawan-kawan hanya dengan SMS mereka akan datang dengat semangat setiap ada agendayang di selenggarakan di omah buruh.

Bahkan anakku yang masih balita begitu semangat ketika diajak ke omah buruh. Dia selalu berceloteh mau ikut hidup buruh. Bahkan anakku senang sekali mendengankan lagu Buruh. Kadang dia mengikuti walaupun dia tidak hapal. Dia senang sekali dia di omah buruh. Lari-lari kesana kemari kadang suka was-was karena suka ngelongok ke bawah jembatan.

Masih ku ingat juga saat pesta perkawinan bung Amir dari SPAI FSPI dengan mbak Santy. Pesta perkawinan yang unik dan mengesankan. Omah buruh di sulap menjadi tempat yang indah di hiasi lampu-lampu, penata dekorasi jauh dari Batang dari omah tani.

Siangnya di hari minggu dilanjutkan dengan upacara. Yang lebih unik lagi seperti upacara pernikahan secara militer. Tapi ini pernikahan ala garda metal. Meriah sekali.

Buku tamunya adalah sepanduk yang di pajang di pinggir omah buruh, dan setiap tamu yang datang membubuhkan tandatangan dan nama PUK di sepanduk itu, yang datang pun tidak boleh memakai pakaian resmi. Suasananya sangat akrab sekali. Penuh dengan kebersamaan. Makanan yang di suguhkan sederhana tapi luar biasa nikmat.

Omah buruh akan tetap menjadi kenangan dan bagian dari buruh bekasi karena dari sanalah dilahirkan PUK-PUK baru dan pejuang buru. Biarpun nantinya omah buruh di gusur, kenangan itu tidak akan pernah hilang dalam hidupku, dan akan kubawa sampai nanti.