Jakarta, KPonline – Menteri Tenaga Kerja Yassierli mengakui bahwa pelaksanaan Bantuan Hari Raya (BHR) bagi pekerja transportasi online saat Lebaran 2025 lalu belum berjalan optimal. Ia menyebut perumusan kebijakan tersebut dilakukan secara terburu-buru karena dikejar waktu.
“Saya mohon maaf kalau BHR kemarin saya dan Pak Wamen itu belum optimal, tapi dari awal saya sudah sampaikan kita harus maju,” ujar Yassierli dalam keterangannya di Plaza BPJAMSOSTEK, Jakarta, dikutip dari CNN Indonesia, Jumat (9/5).
Ia menjelaskan bahwa memutuskan BHR pada waktu itu sangat sulit. Dalam penyusunan kebijakan BHR, pemerintah turut mempertimbangkan kondisi keuangan perusahaan transportasi online.
“Dan kalau pemerintah tidak segera membuat kebijakan, peluang untuk mencairkan BHR akan semakin kecil, ” jelas dia.
Yassierli juga mengungkapkan adanya tekanan dari pihak akademisi.
”Saat merumuskan BHR, kita pernah disebut bodoh oleh seorang profesor karena merumuskan kebijakan BHR untuk ojek online (ojol). Tidak ada contoh penerapannya di negara manapun,” ungkapnya.
Meski demikian, Yassierli menegaskan akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan kebijakan tersebut demi perbaikan ke depan. (Rojali)