Melawan Gelapnya Sistem Perburuhan, Saatnya Kartini Turun ke Jalan

Mojokerto, KPonline – Hari Kartini telah lewat, yaitu peringatan tentang bagaimana kaum perempuan mempelopori pergerakan, merubah keadaan, menghapus gelap menerbitkan terang.

Rasanya masih ada yang mengganjal, ketika kaum perempuan modern yang telah berperan dalam segala bidang. Seharusnya tidak lagi sekedar membicarakan emansipasi, tetapi lebih pada tindakan nyata, partisipasi.

Kini sudah banyak organisasi atau institusi mewajibkan keterwakilan pekerja perempuan dalam jajarannya. Tidak berlebihan kiranya, karena dalam bekerja perempuan dipandang ulet, telaten dan tidak neko-neko.

Di era globalisasi dan komersialisasi, perempuan tidak boleh diam atau terseret jaman. Seperti halnya saat ini, dengan adanya perubahan sistem perburuhan/ketenagakerjaan dan melahirkan Omnibus Law, menjadikan kaum perempuan semakin jauh dari kesejahteraan dan tenggelam dalam ketidakadilan. Entah ia sebagai pekerja atau sekedar ibu rumah tangga.

Bagaimana tidak, dalam sistem ketenagakerjaan saat ini, hak-hak perempuan semakin diturunkan begitu juga hak-hak kesejahteraan suaminya. Dihapuskannya item pembalut dari Komponen Hidup Layak, cuti haid yang bersyarat, cuti hamil/kelahiran/keguguran yang tidak jelas, patut menjadi perhatian para Kartini.

Belum lagi bagi, suami/calon suami dan anaknya, dengan diberlakukannya kontrak seumur hidup, outsourcing di semua bidang, dibayar upah per jam, UMSK dan Jaminan Sosial hilang, pesangon berkurang, tentu menjadi tambahan beban dan pikiran kaum perempuan.

Para Kartini muda banyak yang tidak berdaya karena hak-haknya sebagai pekerja atau sebagai warga negara yang diturunkan bahkan dihapuskan. Lalu untuk apa emansipasi jika hanya berujung eksploitasi?

Bukankah semangat Kartini adalah seorang pejuang? Lantas dengan adanya omnibuslaw ini mereka dipaksa berhenti berjuang?

Tidak terbayangkan, bagiamana para Kartini mengelola ekonomi dan rumah tangga, disaat pemasukan tidak sesuai dengan pengeluaran, disaat kebutuhan hidup meningkat tapi ekonomi justru keteteran, atau capek-capek menyekolahkan anak tinggi-tinggi dengan biaya mahal, namun hanya jadi pekerja kontrak, dibayar murah dan tidak mendapatkan jaminan sosial.

Kartini di era modern sepertinya harus merubah paradigma dan terus berjuang untuk maju, menyongsong perubahan dan menumbuhkan gerakan. Kaum perempuan harus selalu kuat untuk mengarungi kehidupan, karena apa? karena sosok perempuan yang kuatlah yang bisa menjadikan negeri ini untuk lebih baik lagi.

Tetap belajar dan terus berjuang para Kartini, yakinlah apa yg telah kau lakukan hari ini, akan mampu mengubah masa depanmu agar jauh lebih baik. Saat sistem perburuhan semakin gelap muram, maka saatnya turun ke jalan menyuarakan aspirasi dan mewujudkan emansipasi.

Rusaknya negara dimulai dari rusaknya kaum perempuan. Bangkitlah Kartini, Semangat mu tak boleh mati.. kutunggu kalian di May Day nanti.

Penulis : Rosania Ristanti