KSPI Gelar Konsolidasi Ideologi Organisasi Via Zoom, Nyatakan Aksi Unjuk Rasa Nasional

Jakarta, KPonline – Melalui zoom Meeting Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia dan federasi serikat pekerja anggotanya menggelar rapat darurat.

Terlihat hadir diantaranya Ir.H.Said Iqbal, ME (presiden KSPI), Ramidi Abdul Majid (Sekretaris Jenderal KSPI), Riden Hatam Aziz, S.H. (Presiden FSPMI), Pengurus MN FSPMI, Pengurus DPP FSPMI, Pengurus PP SPA, Pengurus DPW FSPMI, Pengurus KC/PC SPA FSPMI, Pengurus PUK FSPMI, Garda Metal, Media Perjuangan, Dept Perempuan
di seluruh Indonesia

Dari pantauan koran perdjoeangan, Kamis (2/6/2022) selain FSPMI ada beberapa pengurus federasi afiliasi KSPI diantaranya (1) FSP FARKES Reformasi, (2) FSP Kahutindo, (3) FSP Pariwisata Reformasi, (4) ASPEK Indonesia, (5) FSP Kimia, Energi dan Pertambangan, (6) FSPMI, (7) FSP PPMI, (8) FSP ISI dan (9) PB PGRI yang ikut berpartisipasi dalam zoom meting siang ini.

Sekretaris Jenderal KSPI Ramidi Abdul Majid dalam.sambutanya berharap melalui zoom meeting ini serius karena akan melakukan perlawanan terkait omnibuslaw, senada dengan sekretaris Jenderal KSPI, presiden FSPMI Riden Hatam Aziz juga berharap untuk melakukan perlawanan secara masif terlebih RUU PPP sudah disahkan.

“Pengesahan RUU PPP menjadi undang-undang harapan pemerintah dijadikan pintu masuknya omnibuslaw,” kata Riden.

Agenda konsolidasi ideologi melalui zoom meting membahas diantaranya :

1. Tolak UU PPP yang sudah direvisi
2. Tolak pembahasan Omnibus Law – Cipta Kerja

Secara tegas presiden KSPI Ir.H.Said Iqbal, ME menginstruksikan buruh afiliasi KSPI seluruh Indonesia tanggal, 15 Juni 2022 untuk melakukan aksi unjuk rasa nasional menolak undang – undang PPP dan tolak pembahasan Omnibuslaw Cipta Kerja.

“Selain langkah secara hukum, perlu aksi unjuk rasa tanggal 15 Juni 2022, kampanye baik nasional maupun internasional terkait penolakan undang-undang PPP, langkah selanjutnya diplomasi yang akan dilakukan tingkat nasional dan selalu kuatkan gerakan yang bila perlu mogok nasional,” tegas Said Iqbal.

Tabuh keras-keras genderang perang karena pemerintah tak lagi peduli dengan kesejahteraan buruh Indonesia. (Yanto)