Purwakarta, KPonline – Purwakarta yang juga dikenal sebagai kota Simping (Makanan ringan khas Purwakarta), melalui Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) setempat kembali menyelenggarakan Job Fair. Program kegiatan tersebut, merupakan salah satu bagian dari upaya pemerintah daerah untuk mengikis angka pengangguran di wilayah tersebut.
Kegiatan Job Fair yang diselenggarakan di gedung Sigrong-Purwakarta pada (25/6/2025) menjadi salah satu upaya dari pemerintah daerah untuk memfasilitasi para pencari kerja dalam mendapat pekerjaan.
Dan ditargetkan di lima tahun ke depan angka pengangguran di Kabupaten Purwakarta bisa ditekan hingga dibawah 5 persen.
Giat Job fair ini pun menjadi ajang atau kesempatan bagi warga Purwakarta untuk meraih peruntungan dengan perubahan dari balada penganggur menjadi seorang pekerja.
Salah satunya Hanafi (19), “Dengan Job Fair, semua terbuka. Para pencari kerja bisa langsung berinteraksi dengan pihak perusahaan. Kalau memang memenuhi syarat, tak menutup kemungkinan bisa langsung diterima,” ujarnya.
Dan menurutnya, kegiatan ini cukup efektif. Di samping untuk mengikis angka pengangguran juga untuk memutus mata rantai praktik pungli
Lebih lanjut, ia pun bercerita bahwa kelulusan sekolah bukanlah gerbang menuju dunia kerja, melainkan awal dari perjuangan panjang mencari penghidupan.
Lulusan sebuah SMK di Purwakarta ini kini menjalani hari-hari yang tak secerah mimpinya. Sejak lulus setahun lalu, ia sudah belasan kali keluar masuk pabrik, membawa map lamaran, hanya untuk kembali pulang dengan harapan yang makin tipis.
“Aku pikir setelah lulus bisa langsung kerja, bantu orang tua. Tapi ternyata, nyari kerja sekarang susah banget,” ujar Hanafi.
Setiap pagi, Hanafi membawa map berisi fotokopi ijazah, KTP, SKCK, hingga surat lamaran yang selalu ia perbarui. Ia berkeliling dari satu pabrik ke pabrik lain, menumpang angkot atau jalan kaki bila perlu. Namun, jawaban yang ia terima selalu sama yaitu Belum ada lowongan. Atau yang lebih menyakitkan, Pengalaman minimal satu tahun.
Padahal, ia belum sempat mengumpulkan satu bulan pun pengalaman kerja.
Fenomena yang dialami Hanafi bukan cerita baru. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka pengangguran usia muda (19–24 tahun) masih mendominasi pengangguran terbuka di Indonesia. Banyak di antara mereka adalah lulusan SMK yang ironisnya justru didesain untuk siap kerja.
“Saya kira tamat SMK jurusan teknik otomotif bisa langsung dapat kerja di bengkel atau pabrik, nyatanya enggak semudah itu. Banyak juga perusahaan yang minta sertifikasi tambahan atau pengalaman,” kata Hanafi.
Di kawasan industri seperti Purwakarta, Karawang, hingga Bekasi, setiap lowongan kerja bisa menarik ratusan hingga ribuan pelamar. Terlebih ketika informasi lowongan diumumkan terbuka di media sosial atau grup WhatsApp. Hanafi mengaku sudah pernah ikut seleksi di beberapa pabrik, namun belum lolos karena kuota terbatas dan banyaknya pelamar.
“Ada yang sampai bawa surat pengantar dari kenalan orang dalam. Kalau kita enggak punya, ya kalah di awal,” kata Hanafi, lirih.
Salah satu yang juga menghambat adalah sistem rekrutmen yang terkadang melibatkan pihak ketiga seperti outsourcing.
Banyak perusahaan tidak membuka rekrutmen langsung, melainkan melalui vendor yang sering kali meminta syarat tambahan, bahkan ada oknum yang menjual ‘jalur cepat’ dengan imbalan uang.
Hanafi masih menyimpan harapan. Terlebih setelah ada acara Job fair di Gedung Sigrong ini.
Namun, di sisi lain, ia juga dihantui ketakutan. Jangan-jangan, waktu akan berlalu dan ia tetap tak kunjung mendapatkan pekerjaan tetap. Ia khawatir menjadi bagian dari generasi yang disebut sebagai pengangguran terdidik, dimana mereka yang bersekolah tapi tak tertampung di dunia kerja.
Tak hanya itu, ia pun khawatir jika event ini hanya sebatas survei/analisis jumlah pengangguran di Kabupaten Purwakarta.
Cerita Hanafi adalah potret nyata dari ribuan anak muda Indonesia hari ini. Mereka yang baru lulus, membawa harapan besar, namun harus bergulat dengan kenyataan sempitnya lapangan kerja. Dan di tengah semua itu, mereka tetap berjalan dengan peta hidup yang tak pasti, tapi tekad yang kuat.