KC FSPMI Kabupaten Gresik Jelaskan Sejarah Lahirnya Hari Buruh Internasional

KC FSPMI Kabupaten Gresik Jelaskan Sejarah Lahirnya Hari Buruh Internasional

Gresik, KPonline – KC FSPMI Kabupaten Gresik Feri Andrianto menjelaskan sejarah singkat lahirnya “Hari Buruh Internasional” kepada seluruh anggota FSPMI bertempat di sekretariat Konsulat Cabang FSPMI Jl. Siti Fatimah Binti Maimun Kabupaten Gresik, Selasa (29/4/2025).

Setiap tanggal 1 Mei, jutaan buruh di seluruh dunia memperingati Hari Buruh Internasional, atau yang dikenal juga sebagai May Day. Namun tak banyak yang tahu bahwa peringatan ini berakar dari perjuangan panjang dan berdarah para pekerja demi hak-hak dasar yang kita kenal hari ini.

Sejarah Hari Buruh bermula pada tanggal 1 Mei 1886 di Chicago, Amerika Serikat, saat ribuan buruh menggelar aksi besar-besaran menuntut jam kerja 8 jam per hari. Aksi damai tersebut berubah menjadi tragedi ketika polisi menembaki para demonstran dalam insiden yang kemudian dikenal sebagai Peristiwa Haymarket. Beberapa buruh dan polisi tewas, dan sejumlah aktivis buruh dijatuhi hukuman mati.

Peristiwa itu menggugah solidaritas buruh internasional. Pada tahun 1889, Kongres Buruh Internasional Kedua di Paris menetapkan tanggal 1 Mei sebagai hari peringatan perjuangan kelas pekerja di seluruh dunia. Sejak saat itu, May Day menjadi simbol perlawanan terhadap penindasan dan ketidakadilan terhadap buruh.

Di Indonesia, Nama Suryopranoto mungkin belum setenar tokoh-tokoh nasional lainnya, namun kontribusinya dalam memperjuangkan nasib kaum buruh di masa kolonial Hindia Belanda patut diingat dan dihargai. Ia dikenal sebagai pelopor gerakan buruh Indonesia, sekaligus tokoh nasionalis yang memperjuangkan keadilan sosial bagi rakyat kecil.

Lahir di Yogyakarta pada tahun 1871, Suryopranoto tumbuh dengan semangat perlawanan terhadap ketidakadilan sosial yang dilakukan oleh pemerintah kolonial. Sejak tahun 1915, ia aktif mendirikan dan memimpin serikat buruh yang memperjuangkan hak-hak pekerja pribumi. Berbagai aksi mogok kerja yang dipimpinnya menjadi simbol perlawanan terhadap penindasan ekonomi kolonial.

Karena keberaniannya memimpin aksi mogok, ia dijuluki “Raja Mogok” oleh pihak Belanda. Ia juga aktif dalam Sarekat Islam, dan menyuarakan pentingnya pendidikan serta kesadaran politik di kalangan buruh.

Meski menghadapi tekanan dan pengawasan ketat dari pemerintah kolonial, perjuangan Suryopranoto tidak pernah surut. Ia tetap konsisten menyuarakan suara kaum pekerja melalui tulisan, pendidikan, dan organisasi.

Kini, Suryopranoto dikenang sebagai bapak gerakan buruh Indonesia, yang membuka jalan bagi perjuangan buruh modern dan kesetaraan sosial di tanah air.

Hari ini, May Day tak hanya menjadi momentum peringatan sejarah, tapi juga ajang menyuarakan berbagai tuntutan keadilan sosial, kesejahteraan pekerja, dan perlindungan hak buruh di seluruh dunia. (Junaidi)