Jangan Ada Langit Dan Akar Rumput Diantara Kita

“Gue paling nggak suka sama yang namanya pilih kasih, apalagi itu soal aturan. Aturan itu kan buat semua, bukan cuma buat Akar Rumput kayak kita”

Dengan nada yang cukup tinggi Selena mengungkapkan kekesalannya. Ditemani segelas kopi hitam didalam wadah gelas plastik, dirinya mencurahkan segala kegalauannya kepada Acung.

Bacaan Lainnya

“Tuh, lu liat si Fanny. Dia sama yang lainnya, boleh-boleh aja tuh pake celana jeans. Warnanya biru ngejreng lagi. Ketat pula. Mau aksi apa mau mangkal mereka sih ? Mereka tuh Garda Metal bukan sih Bang? Kok dibiarin aja!” nada suaranya semakin tinggi, sepertinya agar terdengar oleh Fanny dan anggota Garda Metal yang lainnya.

“Sebenarnya gue sih lebih suka kritik langsung didepan orangnya Bang. Cuma belum ketemu aja waktu yang pas. Tapi seperti yang udah-udah, bisa aja ngelesnya tuh orang. Yang cowok-cowok juga samanya Bang. Instruksi dari perangkat organisasi jelas, pake PDL lengkap. Eh ini malah pake baju biasa, kaos lah, kemeja lah. Kesel gue!” dan kali ini nada suara Selena mulai dititik tertinggi, lalu kemudian terhenti.

“Terus buat apa ada PO Garda Metal. Peraturan Organisasi kan yang jadi acuan buat kita semua. Apa pimpinan dan pengurus yang lain nggak bisa ngasih contoh yang baik ke anggotanya?
PO itu kan buat semua, bukan cuma buat akar rumput doang. Jangan merasa kayak Langit dan merendahkan kita-kita ini kayak Akar Rumput. Kalo pun nggak punya celana PDL ato PDH, kan yang penting pake warna celana hitam juga nggak apa-apa. Lah ini malah pake celana jeans warna biru yang ketat banget” telingaku sudah mulai panas mendengarkan ocehan Selena sedari tadi.

Beberapa saat, Selena terdiam, menatap nanar hilir mudik massa aksi yang terus berdatangan. Semakin riuh rendah dengan pengeras suara dari arah mobil komando. “Gue mao resign dari Garda Metal nih Bang. Boleh?” terucap kata resign dari perempuan yang ada dihadapanku ini. Perempuan dengan rambut sebahu, berwajah oval dihiasi riasan wajah yang seadanya. Tak berlebihan, seakan-akan menunjukkan kecantikannya yang alami.

“Apa lo bilang? Resign? Mana ada ceritanya anggota Garda Metal resign? Kita ini udah di sumpah waktu pelantikan Latsar. Udah deh jangan pernah lo bilang bakal menyingkir perlahan-lahan dari Garda Metal, apalagi dari FSPMI. Gue sama kawan-kawan yang lain, masih sangat membutuhkan orang-orang kayak elo. Gue tau kok, PO itu dibikin buat dipatuhi dan dijalankan oleh semua anggota organisasi, baik yang ada di daerah atau pun di Nasional. Sama halnya dengan PKB. Semua karyawan dan Management harus taat dan menjalankan PKB tersebut. Sabar sedikit lah Sel. Mungkin mereka emang nggak punya duit buat beli celana. Paham lah, masa yang kayak gitu aja elo nggak ngerti?” dan kali ini, aku yang mencecar Selena dengan rentetan pertanyaan beruntun.

“Disetiap momen-momen penting, gue selalu liat elo kok. Dan elo juga jangan merasa kayak tim hore juga dong. Semua elemen yang ada di FSPMI itu penting tau nggak sih elo” dan aku mulai mendekatkan wajahku ke arah daun telinganya. Harum semerbak mewangi rambutnya tercium halus, mengundangku untuk terus mendekat.

“Susah tau Bang kaderisasi. Apalagi kader-kader perempuan. Setengah mati gue nyari kader perempuan yg mau aktif di organisasi” mulai terdengar menurun tensi amarah yang menggebu-gebu sejak awal perbincangan.

“Nah, itu elo tau. Kalo elo perlahan-laham ninggalin FSPMI, atau tiba-tiba elo ninggalin FSPMI, ya udah kelar kader-kader perempuan. Nggak ada kaderisasi” sedikit menakut-nakuti Selena, dengan harapan dirinya tidak pergi, apalagi meninggalkan organisasi ini.

“Masih inget kan keputusan Rapimnas di Hambalang kmarin? Bang Said Iqbal bilang apa? Kalo disetiap momen, agenda dan kegiatan FSPMI, wajib diisi 30% dari kader perempuan” setengah menghardik Selena kuucapkan kalimat tersebut, dan mulai kutatap wajahnya yang memang terlihat ayu dan manis.

“Nah itu dia! Itu yang bikin gue galau tuh Bang” Selena menundukkan wajahnya menatap panasnya aspal Ibukota. Punggung tangannya yang terlihat mulai menggelap, dan sebagian kulit wajahnya yang juga berubah akibat sengatan panas matahari, tetap tidak menutupi kecantikan wajahnya yang alami.

“Ayo ke balik ke mokom. Udah dipanggilin tuh dari tadi. Kita tuh Garda Metal, harus ada didepan. Bukan neduh melulu dibawah pohon. Ayo buruan!”. sedikit berteriak sambil menarik lengan tangan kiri Selena. Lalu, wajah Selena menatap langit, seraya mengatakan, “Wahai Langit, meskipun kami tak akan sanggup menggapaimu, setidaknya tindak-tandukmu mem-Bumi, merendahkan hati, dan jadilah pemimpin yang bisa memberikan contoh yang baik bagi kami”. (RDW)

Pos terkait