Ini 11 Orang Kader FSPMI yang Maju Dalam Pemilihan Legislatif 2019

Pasuruan, KPonline – Mengingat banyaknya kader yang akan ditugaskan FSPMI Provinsi Jawa Timur untuk terjun dalam pemilihan legislatif, DPW FSPMI Jawa Timur mengadakan pendidikan tentang Pelatihan dan Supervisi dalam rangka pemenangan Calon Anggota Legislatif dan DPD Kader FSPMI – KSPI di Pasuruan, Sabtu (04/07/2018).

Dalam pendidikan ini, FSPMI Jawa Timur mengundang salah satu orang yang berpengalaman di bidangnya, yakni Deputi Presiden FSPMI, Obon Tabroni. Obon juga merupakan seorang tokoh buruh Bekasi yang dimana dipilihnya beliau karena dinilai menjadi orang yang pernah terjun secara langsung di dunia politik melalui jalur independen, untuk menjadi orang nomor 1 sebagai pimpinan daerah di pemerintahan Bekasi.

Tujuan diadakannya pendidikan ini tidak lain adalah sebagai pembekalan dalam bidang teknis maupun non teknis kepada seluruh bakal calon anggota legislatif beserta tim sukses, utusan dari FSPMI Jawa Timur, dengan harapan agar kedepannya para utusan kader FSPMI ini bisa siap secara lahir dan batin untuk bekerja dengan amanah dan penuh tanggung jawab serta mempunyai komitmen tinggi dalam mengemban tugas yang diberikan organisasi kepada seluruh bakal calon anggota legislatif dari FSPMI Jawa Timur.

Sebagaimana diketahui bahwa FSPMI Jatim pada tahun ini telah mengutus beberapa perwakilan anggota pekerja/buruhnya dari masing-masing daerah untuk masuk ke dalam dunia politik, beberapa diantaranya adalah :

1. Ernawati, Caleg DPR RI (Dapil 2 Jatim: Pasuruan & Probolinggo).

2. Pramucahya Purwanto, Caleg DPR RI (Dapil 1 Jatim: Surabaya & Sidoarjo).

3. Memed Hermanto, Caleg DPRD Provinsi Jatim (Dapil 3 Jatim: Pasuruan & Probolinggo)

4. Eka Hernawati, Caleg DPRD Kab. Mojokerto (Dapil 1: Mojosari, Ngoro, Pungging)

5. Rina Restu Wardhana, Caleg DPRD Kab. Sidoarjo (Dapil 1: Buduran, Sedati, Sidoarjo)

6. Anam Suprianto, Caleg DPRD Kota Pasuruan (Dapil 4: Gading Rejo)

7. Ahmad Yani, Caleg DPRD Kab. Pasuruan (Dapil 2: Kraton, Rembang, Pohjentrek, Wonorejo)

8. Syamsul Arifin, Caleg DPRD Kab. Pasuruan (Dapil 1: Gempol, Beji, Bangil)

9. Untung Prasetyo, Caleg DPRD Kab. Pasuruan (Dapil 6: Pandaan, Prigen, Sukorejo)

1o. M. Zainul Alim, Caleg DPRD Kab. Pasuruan (Dapil 3: Rejoso, Lekok, Grati, Nguling)

11. Didik Supajar, Caleg DPRD Kota Pasuruan (Dapil 3: Purworejo)

Keputusan FSPMI untuk melangkah ke ranah politik kali ini memang bisa dibilang berani dan juga beresiko. Dikarenakan paradigma pekerja/buruh saat ini tentang dunia politik adalah sebuah dunia yang kotor dan penuh konflik. Namun harus diakui, dalam kehidupan sehari-hari kita saat ini, segala persoalan yang kita hadapi tidak jauh dari persoalan yang di putuskan melalui kebijakan politik.

Atas dasar fenomena tersebut, dimana berbagai persoalan yang ada di sekitar kita, mulai dari persoalan telur, listrik, upah pekerja, biaya sekolah, outsourcing, transportasi, dll, yang dimana seluruh kebijakan tersebut ditentukan oleh politik.

Dalam kaitan dengan itu, FSPMI memutuskan akan menugaskan seluruh kader-kadernya di masing-masing daerah di seluruh Indonesia untuk terjun ke dunia politik. Dengan harapan bahwa orang-orang pilihan FSPMI tersebut mampu untuk bertarung di ranah politik yang dimana hingga saat ini seluruh kursi di parlemen pemerintahan masih dikuasai oleh orang-orang yang tidak memiliki latar belakang seorang buruh/pekerja, yang mengakibatkan setiap produk kebijakan yang lahir di negara kita, dinilai memberatkan buruh dan rakyat itu sendiri.

“Jika buruh tidak berpolitik atau memilih golput, pemilu bakal tetap berjalan, anggota dewan bakal tetap terpilih, bahkan presiden pun juga tetep ada, lantas jika orang yang tidak kita kenali dan yang telah terpilih tersebut bebas menentukan nasib kita, melalui produk kebijakan yang tak pro rakyat, akhirnya, kesejahteraan kita secara tidak langsung direbut oleh mereka bukan malah diberikan,” ujar Obon.

“Bahwa mulai saat ini sadarkan setiap anggota untuk mulai melek politik, karena buta politik adalah sebuah buta yang terburuk karena dia tidak mendengar, tidak berbicara dan tidak berpartisipasi dalam politik. Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, harga sepatu, dan obat, semua tergantung pada keputusan politik,” tambah Obon menirukan penyair Jerman, Bertolt Brecht.

(Bobby – Surabaya)