Direktur Bela Negara Kemenhan: Bekerja Dengan Baik dan Profesional Bagian dari Bela Negara

Jakarta, KPonline – Direktur Bela Negara Kementerian Pertahanan Laksamana Pertama TNI Muhammad Faisal mengatakan bekerja membangun bangsa dan negara sesuai dengan profesi masing-masing merupakan salah satu bentuk bela negara.

“Bela negara tidak harus dengan mengangkat senjata dan perang. Bela negara bukan latihan perang, tetapi pembentukan karakter,” kata Faisal dalam Seminar Nasional “Memperjuangkan Kesejahteraan dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.” Faisal mengatakan ini saat menjadi pembicara dalam sesi pertama Seminar Nasional “Memperjuangkan Kesejahteraan dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia” yang diadakan Asosiasi Serikat Pekerja (Aspek) Indonesia di Auditorium Adhiyana, Wisma Antara, Jakarta Pusat.

Bacaan Lainnya

Baca juga: Ketua Perda KSPI Willy Agus Utomo Buka Konferensi Wilayah ASPEK Indonesia Provinsi Sumatera Utara

Faisal mengatakan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara merumuskan bela negara sebagai sikap dan perilaku warga negara Indonesia yang dijiwai dengan kecintaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 untuk melindungi bangsa dan negara.

“Tidak ada kata atau kalimat wajib militer dan menjadi tentara,” ujarnya dikutip Antara.

Menurut Faisal, para pendahulu bangsa merumuskan bela negara harus dimulai dari diri sendiri dan pengendalian diri. Bela negara harus dimulai dari hati dan penuh dengan kesadaran.

Baca juga: Presiden Aspek Indonesia Paparkan Konsep Keadilan Sosial dan Kemitraan Sosial

Hal yang harus diwaspadai adalah munculnya perang modern yang berbentuk narkoba dan radikalisme.

“Perang Dunia I dan Perang Dunia II membuat negara-negara malas berperang. Tapi bagaimana menghancurkan negara lain? Melalui narkoba dan radikalisme,” ujar Faizal.

Melalui penyebaran narkoba dan doktrin radikalisme yang disebutnya sebagai perang modern, Faizal mengingatkan masyarakat tidak boleh lengah karena dampaknya yang sangat merugikan. Ia mencontohkan Cina pernah dihancurkan melalui Perang Candu yang membuat negara tersebut menyatakan perang melawan narkoba.

Itu sebabnya, untuk melawan narkoba dan radikalisme, Faizal menyebut pemerintah harus menanamkan kesadaran bela negara bagi warganya. Bela negara disebutnya merupakan kewajiban seluruh warga negara untuk melindungi bangsa dan negara dari ancaman negara lain.

Baca juga: Buruh Menolak Penetapan UMP 2017

“Bukan berarti jadi tentara, tapi dari sikap dan perilaku. Misalnya cinta tanah air, rela berkorban. Sederhana sekali bela negara itu,” tutur dia.

Ia menambahkan bahkan bekerja dengan baik dan profesional, seseorang dapat disebut membela negara sesuai profesinya. “Ancaman bukan hanya militer, ada juga ancaman budaya atau ancaman ekonomi,” ujarnya.

Aspek Indonesia Siap Bela Negara

Sementara itu, Presiden Asosiasi Serikat Pekerja (Aspek) Indonesia Mirah Sumirat mengatakan pihaknya siap terlibat dalam program bela negara terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Jangan ditutupi bangsa Indonesia saat ini sedang sakit. Kita yang sehat jangan ikut sakit. Ideologi Pancasila dan NKRI harga mati,” kata Mirah.

Baca juga: Aspek Indonesia Minta Polisi Profesional Memeriksa Said Iqbal

Mirah mengatakan selama ini ada stigma bahwa serikat pekerja memiliki ideologi kekiri-kirian. Namun, dia menegaskan bahwa tidak ada serikat pekerja di Indonesia yang berideologi kiri karena semua menjunjung tinggi Pancasila dan NKRI. Aspek Indonesia adalah federasi serikat pekerja yang mengedepankan dan mencintai dialog sosial sesuai dengan sila keempat Pancasila.

“Masalahnya, saat kami mau berdialog, yang diajak berdialog tidak mau. Akhirnya turun ke jalan menjadi pilihan saat dialog sosial tidak bisa dilakukan,” tuturnya.

Baca juga: Catat: Besok Giliran Honorer K2 Gelar Aksi 222 dan 232

Mirah mengatakan pemerintah, serikat pekerja, rakyat, pengusaha dan elemen bangsa yang lain perlu duduk bersama untuk mencari solusi mau dibawa ke mana bangsa Indonesia.

Serikat pekerja, kata Mirah, harus konsisten dalam memperjuangkan kesejahteraan tetapi jangan mengotak-kotakkan diri karena perjuangan yang dilakukan adalah untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

“Yang kita pikirkan adalah banyak anak-anak kita yang nanti akan menikmati hasil perjuangan kita saat ini. Kita berharap mereka bisa mendapatkan kesejahteraan yang selama ini kita perjuangkan,” katanya.

Pos terkait