Cerita Petruk Dadi Ratu Yang Melegenda

Cerita Petruk Dadi Ratu Yang Melegenda

Bekasi, KPonline – Kesenian tradisional wayang kulit menjadi pertunjukan yang cukup menyenangkan dan sarat akan makna dan kritik terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.

Petruk Dadi Ratu menjadi sebuah lakon pewayangan yang sarat dengan makna. Lakon ini mengisahkan seorang anggota Punokawan yang tiba-tiba menjadi raja atau ratu karena sebuah pusaka titipan.

Petruk yang mendapat mandat dari Prabu Puntadewa untuk merawat pusaka miliknya, yakni Jamus Kalimasada. Singkat cerita, Petruk yang kemudian kabur membawa pusaka itu, kemudian menaklukan kerajaan Rancang Kencono dan menjadi ratu di sana.

Sebagai ratu, Petruk membuat kebijakan yang sedikit menggelitik yang digambarkan oleh sang dalang misalnya, saat ia menempatkan Prabu Baladewa sebagai tukang adzan, karena suaranya yang keras dan lantang. Menurut Petruk, dengan menempatkan Baladewa, maka biaya listrik bisa ditekan dan anggaran bisa untuk rakyat kecil.

Kemudian Petruk memilih Prabu Puntadewa yang sabar dan lemah lembut sebagai petugas layanan customer service. Juga Janaka sebagai bagian pemasaran lantaran ketampanannya.

Berbeda dengan FSPMI untuk menyiapkan kaderisasi kepemimpinan organisasi kedepannya, organisasi yang satu ini mempersiapkan melalui berbagai tahapan Pendidikan, Pelatihan dan Diklat, sebut saja SEIDA, SESPIM dan lainnya.

Direktur Pusdiklat ‘Kawah Candradimuka’ FSPMI, HM.Yadun Mufid, S.E dalam sambutannya SESPIM FSPMI Angkatan ke-5 yang berlangsung di Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) FSPMI pada Jumat (7/2) mengatakan bahwa pemimpin bukan sekedar memahami adat dan undang-undang saja tetapi harus ikhlas.

“Kita adalah seorang pemimpin. Bukan hanya sekadar memahami adat dan Undang-Undang Ketenagakerjaan, tetapi juga harus memiliki pemahaman yang mendalam serta keikhlasan dalam menjalankan tugas,” ujar Yadun Mufid dalam sambutannya.

Sementara presiden KSPI, Said Iqbal, mengatakan bahwa kepemimpinan dalam serikat pekerja tidak hanya mengandalkan kecakapan dalam regulasi, tetapi juga membutuhkan ketulusan, dedikasi, dan semangat perjuangan demi kepentingan bersama.

Selain itu, Sespim ini dikatakan wajib sebagai syarat untuk mencalonkan diri sebagai pimpinan baik di tingkat Presiden, Ketua Umum Serikat Pekerja Anggota, Ketua DPW, sampai tingkat Pimpinan Cabang.

Bicara FSPMI, tak jauh dari perjuangan pengupahan juga kesejahteraan buruh.
Ia mengatakan bahwa sebagai pemimpin di organisasi besar ini penting membangun mental ideologi. “Wajib dipastikan untuk kawan-kawan di daerah untuk mengikuti juga sekolah kepemimpinan ini, mental ideologi, harus di bangun.” pungkasnya.

Tujuan akhirnya FSPMI ingin mendapatkan Estafet kepemimpinan seperti ‘Gatotkaca’ sebagai raja Kerajaan Pringgandani yang gagah perkasa dengan berbagai kesaktianya. (Yanto)