Berharap di PHK ? Pikirkan Lagi

Perkenalkan, nama ku Ajat. Aku pernah bekerja di sebuah perusahaan manufaktur yang berada di sebuah Kawasan Industri di Kabupaten Serang.  Aku merasa setiap hari yang terlewati itu sama, dan rasa kejenuhan bekerja di dalam perusahaan mulai menghinggapi diri ku. Aku bosan bekerja, aku jenuh dengan aktifitas yang itu-itu lagi. Rasanya hari-hariku begitu membosankan.

Tibalah waktu dimana perusahaan melakukan efisiesi besar-besaran terhadap karyawan PKWTT (Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu) atau disebut juga dengan karyawan regular/permanen.  Ketika pengumuman keluar, nama ku ada dalam daftar karyawan yang akan terdampak efisiensi alias di PHK. Saat itu aku tidak merasa sedih sama sekali.

Karena kejenuhan bekerja yang sudah dijalani bertahun-tahun, dan sudah tidak nyaman lagi, aku malah merasa senang dan bersyukur ada didalam list nama-nama karyawan yang akan di PHK.  Tidak memikirkan banyak hal, bahkan saking egoisnya, aku mengambil keputusan untuk menerima keputusan itu tanpa banyak pertimbangan.

Dengan masa kerja kurang lebih 20 tahun dan tentunya nominal pesangon juga uang penggantian hak yang sesuai dengan aturan ketenaga kerjaan membuat aku yakin untuk menerimanya. Aku berfikir uang tersebut nanti bisa dipergunakan untuk melanjutkan hidup dengan cara yang berbeda. Atau aku bisa mencari kerjaan yang baru yang tidak membosankan tentunya. Karena pekerjaan baru, tempat baru, dan juga lingkungan baru.

Tapi ternyata setelah ku jalani, keputusan yang ku ambil adalah keputusan yang sangat merugikan dan sangat berdampak pada diriku terutama bagi keluarga ku sendiri. Karena alasan tidak nyaman dan jenuh dalam pekerjaan sampai – sampai aku salah mengambil keputusan dan bisa dibilang menyesal. Benar pepatah mengatakan penyesalan itu datangnya diakhir dan saya merasakan itu.

Sampaai saat ini aku belum juga mendapatkan pekerjaan yang baru. Usia ku yang saat ini tentulah tidak mudah untuk mendapatkan pekerjaan di perusahaan. Yang lebih muda dan baru tamat SMA lebih banyak mengantri. Perusahaan tentu saja lebih memilih yang lebih muda dan fresh.

Selama aku mencari pekerjaan baru, uang pesangon pun menipis. Pemasukan tidak ada, yang ada pengeluaran terus. Berapa banyakpun uang tidak akan bertahan jika pengeluaran dan pemasukan tidak seimbang. Disisi yang lain, aku mungkin bukan tipe orang yang pintar dalam melakukaan bisnis atau berwirausaha. Belum ada usaha ku yang berhasil berjalan dengan baik yang bisa kujadikan penopaang hidup ku selanjutnya.

Saat ini, apapun yang bisa ku kerjakan dan menghasilkan uang yang halal untuk menghidupi keluarga ku, maka akan aku ambil demi bertahan. Dan itu tentu tidak mudah dilalui. Aku yang dulunya terima gaji pasti tiap bulan sekarang hanya berharap dari kerja serabutan. Kadang ada kadang tidak. Sampaai-sampai tidurpun tidak nyenyak. Aku menyesal, sangaat menyesal dengan keputusan ku yang dulu. Tapi nasi sudah menjadi bubur, tidak akan bisa Kembali menjadi nasi.

Satu hal yang ingin ku sampaikan kepada teman-teman yang masih bekerja, jangan sampai salah dalam mengambil keputusan. Jenuh dalam bekerja itu pasti ada, kadang bosan dan tidak suka dengan pekerjaan yang dilakukan saat ini, ditambah dengan tekanan dari atasan, semua itu hal yang biasa dialami semua orang yang sudah bekerja bertahun-tahun.

Jalani dengan ikhlas, dan teruslah bertahan dan sabar dengan pekerjaan yang ada saat ini. Jangan menjadi seperti saya, yang menyesal pada akhirnya hanya karena alasan tidak nyaman, jenuh dan bosan aku menerima begitu saja di PHK tanpa berfikir Panjang apa akibatnya dikemudian hari. Jangan sampai istri, anak dan keluarga menjadi korban juga.

Karena kita bekerja tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk membahagiakan keluarga dan orang-orang yang kita sayangi. Jadikanlah itu alasan untuk kita bertahan dan bersabar. Itulah sedikit cerita tentang pengalamaan ku, semoga bisa diambil hikmah dan dijadikan pelajaran. Semangat selalu wahai para pejuang keluarga.