Purwakarta, KPonline – Di tengah derasnya tantangan global dan ketidakpastian ekonomi nasional, kabar menggembirakan datang dari kantor Konsulat Cabang Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) Purwakarta, dengan membuka kursus bahasa Jepang. Sebuah inisiatif baru yang tak hanya membekali para buruh dan masyarakat dengan keterampilan teknis, tetapi juga membuka jalan menuju dunia internasional.
Kelas perdana yang dibuka pada Rabu, 2 Juli 2025 itu disambut dengan antusias. Dan itu dilakukan di ruang balai latihan kerja di kantor Konsulat Cabang FSPMI yang biasanya digunakan untuk rapat maupun pembekalan ilmu ketenagakerjaan.
Setelah melakukan perkenalan dengan para peserta, Arif Rosidi sebagai mentor menegaskan dalam sambutan pembuka bahwa disini tidak ada yang lebih jago, Tidak ada yang tidak bisa, semua berangkat dari waktu yang sama. Jadi kita harus komitmen. sehingga kita semuanya sama-sama mendapatkan apa yang sudah kita lakukan dan itu dimulai dari hari ini sesuai dengan seperti yang diharapkan.
“Bahasa adalah kunci. Jika kita menguasai bahasa Jepang, kita membuka dua pintu sekaligus, yaitu pintu untuk memahami budaya kerja mereka, dan pintu untuk membuka peluang kerja di Jepang langsung”
Penguasaan bahasa asing, khususnya Jepang, menjadi penting karena saat ini Indonesia telah menjalin berbagai kerja sama tenaga kerja dengan Jepang dalam bentuk magang, kerja kontrak, dan penempatan tenaga kerja formal di sektor industri dan kesehatan.
Adanya kursus ini, diharapkan kelas pekerja di Indonesia, khususnya Kabupaten Purwakarta punya daya saing. Jangan hanya jadi penonton di tengah perkembangan globalisasi. Kursus ini akan menjadi pembuka jalan.
Selanjutnya, Arif Rosidi menekankan kepada para peserta untuk bersikap dewasa, serius dan fokus dalam setiap giat ini.
Dikesempatan yang sama, Budi Koswara sebagai pihak pengelola kursus mengatakan bahwa metode pengajaran dirancang agar praktis dan komunikatif. “Kelas akan dilaksanakan satu kali dalam seminggu, pada malam hari pukul 19.30-20.30 WIB, agar tidak mengganggu jam kerja buruh. Selain itu, FSPMI juga menyediakan perlengkapan belajar seperti alat tulis dan Modul,” ujarnya.
Purwakarta sebagai salah satu wilayah industri strategis di Jawa Barat, menjadi rumah bagi puluhan perusahaan asing, khususnya dari Jepang. Banyak buruh yang bekerja bertahun-tahun di perusahaan seperti Yamaha, Suzuki, Panasonic, atau Aisin, tetapi masih mengalami kesenjangan komunikasi dengan atasan atau supervisor asal Jepang.
Hal ini tidak hanya berdampak pada komunikasi harian, tetapi juga menghambat jenjang karier dan pemahaman budaya kerja. “Dengan adanya kursus ini, diharapkan para pekerja bisa lebih percaya diri dan mampu menjalin komunikasi yang lebih efektif,” kata Budi.
Selain itu, Jepang juga dikenal sebagai negara yang sangat terbuka terhadap tenaga kerja asing, terutama dari Indonesia. Saat ini, ribuan pemuda Indonesia sudah bekerja di Jepang melalui program Specified Skilled Worker (SSW) maupun program pemagangan.
Namun, syarat utama untuk bisa lolos adalah kemampuan bahasa Jepang, minimal setara N4 atau N3.
Kursus ini sekaligus menjadi contoh nyata bahwa peran serikat pekerja jauh lebih luas daripada sekadar pembela hak atau penggugat upah. Serikat buruh adalah wadah pembinaan, pendidikan, dan pemberdayaan.
“Kami ingin tunjukkan bahwa serikat pekerja bisa jadi rumah belajar. Ketika negara tak bisa menjamin pendidikan tambahan untuk buruh dan masyarakat, maka serikat harus ambil peran,” kata Budi.
Langkah ini juga dinilai relevan di tengah tantangan digitalisasi dan transformasi industri 4.0. Buruh yang tidak punya keahlian tambahan atau tidak melek teknologi akan semakin tersisih.
Selain itu, kursus bahasa Jepang ini menjadi catatan penting dalam sejarah perjuangan kelas pekerja Indonesia, khususnya di wilayah Purwakarta dan sekitarnya. Karena untuk pertama kalinya, sebuah serikat pekerja secara aktif menyediakan fasilitas pendidikan bahasa asing sebagai bentuk pemberdayaan anggotanya beserta masyarakat Purwakarta.
Bagi sebagian peserta, kursus ini adalah mimpi yang mulai mendekat. Mimpi untuk bisa bekerja di Jepang, membangun masa depan yang lebih baik, atau sekadar bisa berbicara dengan lancar saat bertemu atasan mereka.
“Saya ikut supaya bisa mengerti dan memahami bahasa Jepang, seandainya nanti kalau saya mau kerja ke Jepang. Bahasa itu penting, apalagi kalau mau cari peluang ke luar negeri,” kata Teguh, ex karyawan salah satu perusahaan yang berada di Purwakarta, dan ikut dalam pelatihan ini.
Meski baru dimulai, FSPMI Purwakarta sudah menyiapkan langkah lanjutan. “Jika kursus bahasa Jepang ini berhasil dan mendapat dukungan luas, maka program ini akan terus dilanjutkan”
Kursus bahasa Jepang yang dibuka oleh FSPMI Purwakarta adalah bukti bahwa perjuangan buruh bukan hanya soal upah dan kontrak kerja. Tapi juga soal harapan, keberdayaan, dan peluang.
Di sebuah ruangan sederhana, buruh dan masyarakat Purwakarta kini belajar hiragana dan katakana. Tapi sejatinya, mereka sedang menulis bab baru dalam hidup mereka. Bab tentang masa depan yang lebih cerah, yang dimulai dari keberanian untuk belajar dan percaya diri menghadapi dunia.
“Dan dibalik semua itu, serikat pekerja hadir sebagai pelopor. Bukan sekadar pembela, tetapi juga penggerak kemajuan”