Apa Tujuan Lahirnya FSPMI, Begini Kata Presiden FSPMI, Riden Hatam Aziz

Medan,KPonline – Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI), merupakan salah satu serikat pekerja terbesar di Indonesia, yang hingga tahun 2021 sudah tersebar di 27 provinsi di Indonesia dan berdiri tegak di lebih dari 300-an daerah kabupaten/kota di Indonesia.

Tentu saja, eksistensi dan keberadaan serikat pekerja FSPMI yang akan memasuki usianya yang ke-23 tahun ini, tidak terlepas dari jerih payah dan kerja keras para pounding father, yang menggagas lahirnya FSPMI di situasi dan keadaan bangsa yang sedang tidak baik.

Bacaan Lainnya

“Lahirnya FSPMI adalah bertujuan untuk memurnikan kembali cita-cita buruh, yaitu kesejahteraan. Karena kondisi buruh di Indonesia sejak lahirnya FSPMI sampai hari ini, belum menunjukkan pencapaian kesejahteraan bagi pekerja/buruh,” ungkap Presiden FSPMI, Riden Hatam Aziz di acara Rapat Wilayah Khusus (Rawilsus) yang digelar DPW FSPMI Sumut, pada Hari Kamis (08/04/2021) bertempat di Hotel Madani, Medan.

Ditegaskan lagi oleh Riden, FSPMI dilahirkan dalam suasana dan kondisi yang tidak baik dan tidak enak, sehingga muncul slogan-slogan perjuangan kaum buruh FSPMI, bahwa FSPMI adalah sebagai tombak gen perlawan-perlawanan terhadap kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada kaum buruh.

“Namun di tengah kondisi dan situasi yang tidak baik, apa-apa yang telah menjadi catatan hasil perjuangan FSPMI pun telah ditorehkan, salah satunya adalah sebagai motor lahirnya BPJS Kesehatan dan perjuangan upah minimum kabupaten/kota di beberapa daerah di Indonesia,” ungkap Riden.

Oleh karenanya, maka diperlukan sebuah kerangka organisasi serikat pekerja FSPMI yang kokoh dan kuat, yang harus dibangun dan dibina di seluruh tingkatkan kepengurusan organisasi FSPMI, mulai dari tingkat DPP, PP, DPW, KC, PC sampai ke tingkat PUK secara menyeluruh.

“Beberapa point penting yang harus diperhatikan oleh pengurus FSPMI di semua tingkatkan yaitu, 1. Harus mandiri dalam segalanya, 2. Bebas, bahwa FSPMI ini adalah organisasi kita, maka kita, 3. Bersifat Refresentatif, 4. Botom up, bergerak dari bawah, dan 5. Bersikap Demokrasi,” tutup Riden. (Maulana Syafi’i)

Pos terkait