Antara Kita, Serikat Pekerja dan Sabun, Jangan Parno

Bogor, KPonline, – “Pabrik sabun, akan dengan segala upaya dan berbagai macam cara, akan terus mempromosikan produk sabun yang mereka hasilkan. Setiap hari di televisi, di spanduk dan berbagai macam media lainnya. Karena apa ? Karena produk yang mereka buat adalah sabun,” kira-kira seperti itulah ucapan Muhammad Nur Yasin kepada kami, disaat sarapan pagi menjelang sesi berikutnya pada agenda Workshop Organizing di Sentul, Bogor.

Dia, mengibaratkan serikat pekerja/serikat buruh itu laksana sebuah produk yang sedang dipromosikan melalui sebuah iklan. Saya dapat memahami apa yang sedang diperbincangkan antara Muhammad Nur Yasin dengan Kahar S Cahyono pagi yang cerah dengan sinar mentari yang masih sembunyi-sembunyi dibalik cakrawala.

Bacaan Lainnya

Mengkampanyekan serikat pekerja/serikat buruh di Indonesia, seperti sedang menjual produk sabun kepada orang yang sedang berpura-pura menjadi pekerja/buruh di pabrik sabun juga. Seakan-akan, calon pembeli tersebut sudah mengerti dan memahami, alur produksi, pemasaran hingga bagaimana cara menggunakan sabun.

Okelah, untuk beberapa hal, seperti bagaimana cara menggunakan sabun, orang-orang yang “mengaku-ngaku” boleh jadi sudah tahu bagaimana menggunakan sabun dengan baik dan benar. Proses produksi, hingga pemasarannya, saya kira mereka harus kembali belajar di bangku sekolah.

Seperti halnya sebuah pabrik sabun, dimana ada begitu banyak buruh-buruh yang bekerja di pabrik tersebut. Didalam serikat pekerja/serikat buruh pun, sudah seharusnya dan juga sudah sepantasnyalah, setiap anggota serikat pekerja/serikat buruh juga memiliki tanggung jawab moral dan tanggung jawab material untuk terus “mempromosikan” serikat pekerja/serikat buruh dimana mereka bernaung.

Karena dengan mengkampanyekan serikat pekerja/serikat buruh mereka sendiri, itu artinya mereka sudah menghidupkan, merawat juga sekaligus menyelamatkan serikat pekerja/serikat buruh mereka sendiri dari kepunahan.

Jangan sampai, 20-30 tahun kedepan, anak cucu kita tidak tahu, tidak mengerti dan juga tidak memahami, betapa pentingnya berserikat. (RDW)

Pos terkait