Jakarta, KPonline – Apakah aksi mahasiswa ada yang menunggangi? Saya termasuk yang bependapat tidak ada. Gelombang aksi anak-anak muda itu murni untuk menyuarakan kegelisahan rakyat terkait dengan berbagai regulasi yang hendak dipaksakan oleh rezim. Terbukti, apa yang mereka suarakan sejalan dengan akal sehat.
Dengan demikian, sudah seharusnya kita memberikan dukungan terhadap setiap aksi unjuk rasa untuk menolak revisi UU KPK yang beberapa waktu lalu sudah disahkan. Di samping, menolak revisi UU Ketenagakerjaan, RUU KUHP, RUU Pertanahan, dan berbagai undang-undang yang lain.
Tidak ada yang menunggangi aksi mahasiswa. Karena, memang, kegelisahan yang sama juga dirasakan oleh sebagian besar masyarakat. Di beberapa tempat, bahkan masyarakat memberikan bantuan. Ada yang memberi makanan, buah-buahan, hingga minuman. Dukungan seperti ini menandakan bahwa aksi ini sangat dekat dengan rakyat. Tidak berjarak.
Ramai diperbincangkan, bahwa KSPI dan KSPSI menuding aksi mahasiswa ditunggangi. Seperti yang diberitakan dalam beritasatu.com dengan judul, Buruh Meyakini Aksi Mahasiswa Disusupi Penunggang Gelap.
Memang benar, bahwa Presiden KSPI Said Iqbal dan Presiden KSPSI Andi Gani Nena Wea melakukan konferensi pers bersama. Namun di dalam pemberitaan tersebut bisa di cek, siapa yang mengatakan apa. Said Iqbal tidak mengatakan bahwa aksi mahasiswa ditungangi.
Dalam pernyataannya, Said Iqbal justru menegaskan, bahwa “buruh mendukung kebebasan menyatakan pendapat di muka umum (unjuk rasa) dan mendukung seluruh elemen (termasuk mahasiswa) yang menggunakan jalur tersebut (unjuk rasa).”
Apalagi, buruh juga akan melakukan cara yang sama dalam menyampaikan tuntutannya. Yakni dengan cara turun ke jalan, pada 2 Oktober 2019.
Selebihnya, Said Iqbal menegaskan bahwa tidak ada agenda buruh terkait penolakan pemerintahan yang sah apalagi membatalkan pelantikan presiden yang sah. Ini mengklarifikasi kabar hoaks yang beredar, bahwa buruh yang dikomandoi Said Iqbal akan melakukan aksi turunkan Jokowi.
Dalam kaitan dengan itu, dia hendak menegaskan, bahwa aksi buruh tidak ada kaitan dengan pilpres. Tetapi murni untuk menyuarakan tuntutan, seperti menolak revisi UU Ketenagakerjaan, kenaikan iuran BPJS Kesehatan, hingga mendorong pemerintah untuk membentuk tim tripartit dalam merevisi PP 78/2015 tentang Pengupahan.
Tentu saja, kita menyesalkan media mem-framing berita yang diterbitkannya, bahwa buruh menyakini aksi mahasiswa disusupi? Mengapa tidak mengambil sudut pandang KSPI? Misalnya, dengan membuat judul; Said Iqbal: Buruh Dukung Kebebasan Menyatakan Pendapat di Muka Umum.