Aksi buruh Tangerang; Dihalau Water Cannon dan Preman

Tangerang, KPonline – Buruh Banten bergerak dengan mengendarai sepeda motor (konvoi) di kawasan Industri untuk bersosialisasi, mengajak para buruh lainnya yang masih berada di pabrik – pabrik untuk bergabung bersama – sama melakukan aksi unjuk rasa menuntut agar Gubernur Banten merevisi SK Gubernur nomor 561/Kep.442-Huk/2017 Tentang UMK Tahun 2018.

Selain itu, para buruh juga menolak adanya diskriminasi upah buruh, serta menolak degradasi (penurunan) dan penghapusan upah sektoral.

Di bawah derasnya guyuran hujan, para buruh terus bergerak melakukan aksinya.

Sementara itu ada kabar bahwa Gubernur Banten, Wakil Gubernur, beserta jajarannya sedang melakukan dinas luar ke Bandung.

Mengetahui kabar tersebut, dan atas beberapa pertimbangan, antara lain waktu, jarak dan kondisi cuaca, juga pihak yang dituju sedang tidak ada di tempat, maka akhirnya diputuskan massa aksi tetap bertahan di wilayah Tangerang.

Hal ini mengundang reaksi dari aparat kepolisian yang berjaga dan mengawal masa aksi buruh. Apalagi pada kesempatan itu, para buruh melakukan aksinya, dikawasan Bitung yang notabene adalah akses pintu masuk tol Jakarta – Merak.

Para buruh yang mulai kelelahan setelah bergerak dibawah guyuran hujan, memutuskan berhenti di dekat akses pintu keluar – masuk tol Bitung Tangerang, tepatnya di bawah jembatan tol Bitung. Sembari beristirahat memulihkan stamina, juga memanfaatkan waktu untuk Isoma.

Masa aksi pun bergerak perlahan lahan meninggalkan area tol Bitung, menuju arah Cikupa. Diperjalanan masa aksi memutuskan untuk melakukan aksi dengan berjalan kaki, sebagian lagi berjalan dengan mendorong sepeda motornya hingga lampu merah Citra Raya, Cikupa.

Setelah itu masa aksi buruh melanjutkan perjalananya dengan menggunakan sepeda motor menuju Tigaraksa sampai Balaraja untuk bergabung dengan masa aksi lainnya di wilayah Balaraja, yang sudah menunggu dipertigaan depan akses gerbang tol Balaraja Barat.

Sementara sempat terjadi insiden pembubaran paksa oleh pihak aparat kepolisian di bantu oleh sekelompok preman yang mengaku sebagai warga daerah itu, saat masa aksi buruh dari daerah Balaraja menunggu kedatangan masa aksi dari Bitung.

Sesampainya masa aksi dari Bitung, aparat kepolisian langsung bereaksi keras. Para aparat kepolisian kembali berupaya mendorong, dan membubarkan masa aksi buruh.

Hingga pada akhirnya, aparat kepolisian mendatangkan mobil taktis Water Cannon untuk membubarkan masa buruh.

Mobil water Cannon sengaja di parkir di depan mobil komandi peserta aksi buruh dengan jarak hanya beberapa jengkal.

Tanpa aba-aba, mobil Water Cannon menembakan airnya ke arah mobil komando buruh juga peserta aksi.
Hal itu menimbulkan kepanikan orang yang berada di mobil komando.

Dengan alasan situasi mulai tidak lagi kondusif, juga waktu yang semakin mendekati malam, dengan mempertimbangkan keselamatan anggota, maka para pimpinan buruh memutuskan untuk menarik mundur perlahan-lahan masa aksi, tanda aksi kali ini telah selesai.

Masa aksi yang berputar arah untuk pulang terus di dorong oleh aparat kepolisian dengan mengunakan mobil Water Cannon hingga berjarak beberapa kilometer dari tempat terakhir masa aksi buruh berkumpul.

Kontributor Tangerang: RD Rizal N