76 Tahun Indonesia Merdeka, Ini Catatan Ketua DPW FSPMI DKI

Jakarta, KPonline – Bangsa Indonesia telah melewati 76 tahun kemerdekaan. Hari kemerdekaan yang akan jatuh tanggal 17 Agustus 2021 esok hari.

Kita patut bersyukur dan berterima kasih atas perjuangan para pendahulu kita dan para pejuang yang rela berkorban demi menggapai kemerdekaan bangsa Indonesia.

Bacaan Lainnya

“Yang merebut kemerdekaan waktu itu sebagian besar adalah dari rakyat, buruh dan tani, banyak berkorban dan jatuh korban adalah rakyat.” ungkap ketua DPW FSPMI DKI Jakarta, Winarso membuka perbincangan dengan Media Perdjoeangan (16/8).

“Setelah 76 tahun merdeka seyogyanya mereka juga mendapat arti kemerdekaan, merdeka adalah sejahtera, merdeka adalah ketika mereka mendapatkan apa yang menjadi hak dan kewajiban mereka.” tambah pria yang juga duduk sebagai ketua Perda KSPI DKI Jakarta ini.

Winarso menambahkan, diusia kemerdekaan yang sudah tak lagi muda, selayaknya mereka rakyat Indonesia berhak dapatkan kehidupan yang layak sesuai sila ke lima Pancasila.

“Arti keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah ketika seluruh elemen masyarakat mendapatkan jaminan bagi kehidupan mereka secara, mudah mendapatkan pekerjaan, sandang pangan pendidikan, kesehatan dan segala aspek yang dibutuhkan sesuai dengan cita-cita para pendiri bangsa kala itu.” jelasnya lagi.

Menurutnya, semua rakyat Indonesia berhak atas kemerdekaan, tidak memandang kaya atau miskin.

“Namun kenyataan saat ini seperti apa? Saat ini yang kita lihat adalah semakin jauh dari harapan dari arti kemerdekaan itu sendiri, ketika merdeka itu adalah jalan menuju sejahtera. Kita dapat lihat bersama, pengangguran justru semakin meningkat, banyak anak petani nelayan buruh sulit pendidikan, pelayanan kesehatan. Disini lain tenaga kerja asing dipermudah masuk ke Indonesia, sementara rakyat sendiri sangat sulit mendapatkan pekerjaan.” papar Winarso.

“Ditambah lagi hadirnya Undang undang nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UUCK) Omnibus Law yang semakin menggerus kesejahteraan buruh dan rakyat dan justru memperlihatkan ketamakan dari kaum pemodal yang berlindung dibalik kebijakan pemerintah.” jelasnya kepada Media Perdjoeangan lagi.

Sebagai salah satu aktivis buruh di DKI Jakarta Winarso menyampaikan harapannya, di hari kemerdekaan yang ke 76 tahun ini, pemerintah lebih mendengar aspirasi rakyat Indonesia, seperti buruh, tani dan nelayan. Jangan hanya berpihak pada kaum pemodal. Harusnya mereka bisa lebih dijamin terkait, upah layak, pemodalan usaha, harga penjualan hasil pertanian yang layak dan kebutuhan lainnya yang menunjang dalam peningkatan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

“Kita mengerti, 2 tahun belakangan kita sedang menghadapi pandemi Covid-19, mungkin pemerintah sedang menghadapi masa masa sulit. Namun yang perlu dipahami, diwaktu yang bersamaan saat ini rakyat juga merasakan hal yang sama.” ulasnya.

Menurut Winarso, bangsa kita masih jauh dari kata merdeka yang sesungguhnya, dengan penjajahan gaya baru yang merampas segala kekayaan alam, penindasan terhadap kaum tani, upah buruhnya yang murah, serta berbagai persoalan yang berujung perampasan terhadap hak-hak orang lain yang justru dilindungi oleh undang-undang Omnibus Law.

“76 tahun hari kemerdekaan, kita seperti masih dijajah justru oleh bangsanya sendiri, masih jauh dari kata merdeka yang sesungguhnya.” pungkas Winarso menutup perbincangan hari ini, menyampaikan cacatan jelang hari kemerdekaan esok.

(Jim).

Pos terkait