Meningkatnya Pemudik Naik Pesawat Bukan Berarti Kehidupan Tak Lagi Sulit

Jakarta, KPonline – Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Agus Santoso memperkirakan, pertumbuhan penumpang pesawat terbang di mudik Lebaran tahun ini mencapai 5,4 juta orang. Jumlah ini tumbuh 9,8 persen dibanding pada saat Lebaran 2016 yang berada sekitar 4,9 juta orang.

Menurut Agus, pertumbuhan itu merupakan perkiraan rata-rata di 35 bandara di Tanah Air mulai H-7 sampai H+7 Lebaran nanti.

Meningkatnya jumlah pengguna pesawat menurut Agus karena pengguna jasa transportasi laut yang beralih ke moda transportasi udara.

“Yang tadinya menggunakan modal laut sekarang sudah bertambah sejahtera maka dia beralih ke udara, ini yang menjadi catatan,” ujar Agus.

“Karena apa, kalau kita membeli tiket pesawat terbang, tentunya akan lebih mahal dari pada kapal laut. Nah, animo masyarakat yang meningkat ini bisa diartikan bahwa memang kesejahteraan dari masyarakat akhir-akhir ini juga mulai meningkat,” tambah Agus.

Benarkah masyarakat makin sejahtera? Mari kita melihat lebih dekat.

Beberapa waktu lalu, KSPI merilis ada puluhan ribu buruh yang tidak mendapatkan THR. Modusnya beragam. Dalam proses PHK, di putus kontraknya, hingga dalih klasik: perusahaan tak punya cukup uang.

Di Depok, ada buruh yang mendapatkan THR sebesar 8 ribu, meski kemudian ditambah menjadi 500 ribu. Hal semacam ini terjadi di banyak daerah.

Di Bogor, buruh ngamuk merusak kantor perusahaan karena tak mendapatkan THR. Mereka tak terima, apa yang menjadi haknya tak diberikan.

Perlawanan juga terus dilakukan, bahkan hingga saat ini. AMT Pertamina masih melakukan mogok kerja. Buruh PT Smelting masih berlawan. Dan tentu saja, ada banyak perusahaan yang mengalami problematika serupa.

Ada juga berita terbaru. Di Bandar Lampung, buruh bangunan melakukan pembunuhan setelah kesakitan saat disodomi — berhubungan seks dengan sesama lelaki.

Karena sakit itulah akhirnya pelaku membenturkan kepala korban di ranjang dan mencekik lehernya.

Alasan dia mau menerima ajakan korban untuk memenuhi hasrat seks karena sedang butuh uang untuk membeli susu putra semata wayangnya. Buruh bangunan ini dijanjikan akan menerima uang imbalan sebesar Rp 300.000.

Itu dari kalangan pekerja. Petani, nelayan, honorer, dan elemen masyarakat yang lain juga memiliki masalah yang tak kalah pelik.

Begitulah realita yang terjadi. Kesulitan demi kesulitan akrab dengan masyarakat, dan disaat yang bersamaan, 4 orang terkaya di Indonesia kekayaannya setara dengan 100 ribu orang. Ketimpangan yang makin menganga.

Karena itulah, mengukur tingkat kesejahteraan dengan meningkatnya pemudik dengan pesawat tidaklah tepat. Angka itu tidak serta merta menggambarkan realitas yang sesungguhnya dari kehidupan masyarakat yang masih saja terhimpit. Sulit.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *