Purwakarta, KPonline – Hidup ditengah tekanan ekonomi yang semakin menyesakkan ibarat menapaki jalan berbatu dalam hujan deras.
Harga bahan pokok naik, biaya transportasi melonjak, cicilan tak berhenti menagih, sementara upah buruh dan pekerja lapisan bawah nyaris stagnan.
Di tengah derasnya arus kebutuhan dan beban hidup yang tak kunjung reda, kelas pekerja Indonesia diharapkan tak tinggal diam. Mereka harus bertahan dengan cara-cara yang mungkin tak diajarkan di buku ekonomi, tapi nyata menyelamatkan kehidupan.
Berikut adalah lima strategi bertahan hidup yang banyak dilakukan masyarakat pekerja untuk bisa terus berjalan di tengah kerasnya kehidupan:
1. Menyulap Pekerjaan Sampingan Jadi Sumber Nafas Tambahan
Waktu istirahat bukan lagi waktu rebahan. Banyak pekerja kini merambah pekerjaan sampingan, mulai dari menjadi ojek online usai shift malam, menjual makanan ringan buatan rumah lewat media sosial, atau membuka jasa kecil-kecilan di rumah seperti servis HP, cuci motor, hingga jahit pakaian.
Kerja ekstra ini bukan semata-mata mengejar kekayaan, tapi menyambung napas di antara sempitnya kebutuhan dan keterbatasan penghasilan tetap.
2. Komunitas dan Gotong Royong Jadi Pilar Bertahan
Dibanyak wilayah padat buruh, ikatan sosial menjadi kunci. Di satu gang perkampungan buruh di suatu daerah di Jawa Barat misalnya, warga membuat sistem arisan sembako dan gotong royong membayar iuran listrik bagi tetangga yang kesulitan.
Solidaritas ini bukan hanya soal belas kasihan, tapi bagian dari strategi kolektif menyiasati kerasnya ekonomi.
3. Gaya Hidup Minimalis: Bukan Tren, Tapi Keharusan
Bagi sebagian pekerja, hidup hemat bukan lagi pilihan, melainkan kewajiban. Banyak keluarga menghilangkan biaya-biaya sekunder, seperti langganan internet pribadi, nongkrong di kafe, bahkan makan lauk beragam tiap hari.
“Sekarang, beli beras, tahu-tempe, udah syukur. Kadang anak-anak ngeluh, tapi saya jelasin ini bukan karena kita malas, tapi karena negara lagi enggak berpihak,” ujar Wawan, pekerja outsourcing di kawasan Cikarang.
Dalam keadaan seperti ini, hidup sederhana bukanlah gaya hidup, melainkan cara bertahan.
4. Serikat Pekerja: Pelindung di Tengah Badai
Tak sedikit pekerja yang mulai sadar bahwa bertahan hidup juga berarti bertahan di tempat kerja. Di sinilah peran serikat pekerja menjadi penting. Bukan hanya memperjuangkan upah dan hak, tapi juga memberi edukasi soal literasi keuangan, perlindungan hukum, hingga jalur bantuan sosial.
“Kami dorong anggota untuk menabung meski kecil, dan saling bantu. Kalau ada yang kena PHK atau dirumahkan, serikat siap dampingi sampai selesai,” ujar Rahmat, salah satu anggota PUK SPAMK-FSPMI di Purwakarta.
Serikat pekerja jadi barikade perlindungan terakhir, sekaligus teman seperjuangan menghadapi kerasnya dunia industri.
5. Edukasi Keluarga dan Anak: Investasi di Tengah Ketidakpastian
Meski hidup serba pas-pasan, banyak orang tua pekerja tetap mengutamakan pendidikan anak. Ada yang menyisihkan uang agar anak bisa ikut les murah di kampung, ada pula yang mengajarkan anak berwirausaha kecil sejak dini.
“Bagi mereka, investasi terbaik adalah pendidikan. Harapan agar anak-anak bisa keluar dari lingkaran hidup pas-pasan menjadi api semangat yang tak pernah padam”
Tantangan Sistemik Masih Mengintai
Meski strategi ini membuktikan daya juang kelas pekerja, pemerintah tetap dituntut hadir lebih nyata. Tanpa upah layak, jaminan sosial yang kuat, dan kepastian kerja, strategi-strategi ini hanyalah tambalan dalam sistem yang bolong.
“Kalau negara tidak memperbaiki sistem pengupahan dan memperkuat perlindungan pekerja, kita hanya akan melihat lebih banyak orang jatuh ke jurang kemiskinan”
Singkatnya, bertahan hidup di tengah kerasnya kebutuhan bukan berarti pasrah. Lima strategi di atas mencerminkan semangat yang tak pernah pudar dari kelas pekerja Indonesia.
Mereka beradaptasi, saling bantu, dan terus melawan dalam senyap. Tapi, pada akhirnya, negara dan para pemangku kepentingan harus ikut bertanggung jawab menciptakan sistem yang berpihak pada mereka, agar strategi bertahan ini tak lagi dibutuhkan sebagai bentuk perlawanan terhadap sistem yang timpang.