Sang Penguasa Mokom Turun Gunung, Sinyal Perlawanan Buruh Bekasi Kembali Menyala

Bekasi, KPonline – Tahun 2012 silam, saat gerakan buruh di Bekasi sedang berada di puncak, tentu semua cerita perjuangan masih bisa diingat dengan jelas.

Bekasi saat itu begitu fenomenal dengan istilah gerebek pabrik dengan tuntutan hapus outsourcing dan tolak upah murah (hostum). Di mana ada mobil komando (mokom) warna biru parkir depan pabrik, pertanda di situ sedang ada perlawanan dari buruh Bekasi.

Bacaan Lainnya

Adhie Bachtiar, pria kelahiran kota pempek, yang pernah merasakan bagaimana pahit getirnya hidup di tenda perjuangan selama kurang lebih 4 tahun bersama PUK SPAMK FSPMI PT Kymco.

Bang Adhie, panggilan akrabnya, saat 2012 silam adalah orang yang selalu berada dibalik kemudi mokom biru. Karena hal tersebut, banyak yang menyebut dirinya sang penguasa mokom.

Saat aksi gerebek pabrik 2012, Adhie selalu ditunggu setiap bikin status di akun media sosialnya yang memberitahukan di mana sedang ada gerebek pabrik.

Adhie Bachtiar juga pernah menjadi pengawal Obon Tabroni saat Pilkada Bekasi 2017 yang lalu. Jiwa aktivisnya masih melekat erat hingga saat ini.

Pada aksi unjuk rasa Aliansi Buruh Bekasi Melawan yang dipusatkan di Pemda Kabupaten Bekasi, Rabu (06/10/2021), Adhie Bachtiar ikut serta turun ke jalan bersama buruh Bekasi yang lain.

Dia terlihat berada dikemudi mobil komando Bekasi yang baru. Keikutsertaannya dalam aksi bersama buruh Bekasi bukan tanpa alasan, meskipun dirinya sudah bukan pekerja lagi dan tidak lagi menerima upah. Kehadirannya di barisan massa buruh Bekasi menjadi sinyal bahwa api perlawanan harus terus menyala.

Bapak dengan satu anak ini mengungkapkan, upah adalah urat nadi buruh yang memang sudah seharusnya terus diperjuangkan. Perjuangan yang sekarang dilakukan bukan hanya untuk diri sendiri, namun juga untuk anak cucu kelak.

“Saya masih ikut aksi walau tidak merasakan upah lagi karena saya pernah merasakan saat masih berstatus pekerja tidak pernah merasakannya lagi, walau dahulu konteksnya berbeda seperti perjuangan upah yang saat ini diperjuangkan kawan-kawan yang masih berstatus pekerja,” kata Adhie Bachtiar saat dihubungi melalui aplikasi pesan singkat.

“Upah adalah urat nadinya pekerja (buruh) yang harus diperjuangkan. Selain itu apa yang diperjuangkan saat ini kelak hasilnya dirasakan oleh anak cucu kita. Dan satu lagi selagi masih diberi nafas kehidupan berbuatlah semampu kita memberikan jejak arti untuk kemaslahatan orang banyak,” demikian pesan yang dia sampaikan kepada Media Perdjoeangan untuk buruh yang masih menerima upah.

Apa yang dilakukan Adhie Bachtiar mungkin hanya akan dipandang sebelah mata bagi sebagian orang, namun apa yang dilakukannya terus konsisten di jalur perjuangan buruh menjadi semacam pesan agar buruh yang masih menerima upah lebih semangat lagi dalam perjuangan.

Setiap perjuangan akan selalu tercatat dalam sejarah yang kelak akan menjadi catatan tersendiri bagi masa depan. Catatan sejarah akan menjadi jejak perlawanan bagaimana masifnya gerakan buruh Bekasi, seperti yang telah dilakukan oleh seorang Adhie Bachtiar. (Edo)

Pos terkait