Rejeki tak Semanis Manggis

Semarang, KPonline – Pagi menjelang terik matahari, Sabtu ( 9/2/2019) di tengah pusat kota Semarang, telihat seorang bapak yang berjalan lemas menyusuri kota Atlas ini.

Kurang paham apa yang membuatnya terlihat lunglai ini, namun yang nampak hanya wajah pucat dan lemas memikul barang dagangan yang tak nampak jelas apa jenis dagangannya. Saya pun mulai penasaran, ingin melihatnya.

Bacaan Lainnya

Tak lama seorang bapak yang saya lihat dari kejauhan ini mulai mendekati saya yang sedang duduk dibibir jalan menunggu seorang teman, yang memang niatnya saya dan teman saya ingin mengunjungi pusat perbelanjaan yang tak jauh dari tempat ini, di Jl.Pandanaran, depan Masjid Baiturrahman kota Semarang.

Sembari mendekati saya bapak itu pun menebarkan sedikit senyumnya yang sangat hangat.

“Mbak monggo ditumbas”, ucap si bapak dengan harapan saya bisa membeli dagangannya. Saya pun menjawab dan melihat isi keranjangnya

“Berapaan pak?”, sembari saya memegang buah manggis.

“35 ribu rupiah isi 2 kilo mbak”, sambil mengupas satu buah manggis untuk saya cicipi, namun dengan belas kasih saya menolak.

“Maaf pak saya tidak ingin mencicipi nya”, ucap saya.

“Apa harganya tidak bisa kurang pak?”, tanya saya sambil berharap harga bisa ditawar.

“Nyuwun ngapunten mbak, sampun pas, mboten angsal”, jawabnya kemudian.

Saya pun tersenyum, dan tak pikir lama saya pun langsung meminta bapak membungkus 2 kilo manggis itu, walaupun harga yang bapak tawarkan tergolong lebih tinggi dibanding dipasar atau pun toko buah pinggir jalan, namun tak mengurangi rasa ingin membeli saya.

Saya pun merogoh uang didalam kantong jaket, dan memberikan ke si bapak tersebut.

Itulah sepenggal percakapan dari kami, bapak paruh baya ini,  jauh-jauh dari Kabupaten Semarang ke Kota Semarang untuk  mengais rezeki, walaupun tak banyak yang tertarik dengan buah dagangannya karena harga yang lebih tinggi, tak mengurangi semangat yang bapak ini miliki untuk tetap mematok harga tersebut.

Saya pun berharap semoga bapak penjual buah ini, yang saya tidak sempat menanyakan namanya tadi, bisa menghabiskan buah dagangannya sampai habis sebelum malam tiba sembari melanjutkan perjuangannya di kota Atlas ini. (Tride)

Pos terkait