KSPI Bangun Tradisi Berdiskusi

Jakarta, KPonline – Kita akan terus membangun tradisi dikusi di kalangan buruh. Demikian disampaikan Deputi Presiden (Ketua Harian) KSPI, Muhamad Rusdi, di sela-sela acara seminar pengupahan bertema Hilangnya Hak Berundig di Wisma Antara, Jumat (10/3/2017).

Menurut Rusdi, kegiatan seminar yang menghadirkan para tokoh nasional itu merupakan bagian dari amanah Kongres KSPI yang termaktub dalam Pembukaan AD ART KSPI. Dimana ada 10 program utama yang akan diperjuangkan KSPI untuk wujudkan Negara Sejahtera, yaitu: Lapangan Pekerjaan yang layak, upah yang layak, hubungan industrial, jaminan sosial, pajak, koperasi & BUMN, pendidikan rakyat yang berkualitas, sumber daya alam, lingkungan hidup, dan hak asasi manusia.

“Karenanya, Dewan Eksekutif Nasional KSPI akan melakukan seminar berseri atau kajian intensif untuk merumuskan pokok-pokok pikiran organisasi terkait 10 isu utama di atas,” tulis Rusdi dalam akun media sosial pribadinya.

Dia menambahkan, diskusi ini juga dilaksanakan dalam rangka membangun kultur kajian untuk menambah dan memperkuat gagasan yang ada. Sehingga kaum buruh bisa memahami permasalahan secara mendalam.

Dari seminar ini, akan dihasilkan output berupa pokok pokok-pokok fikiran dari 10 risalah perjuangan. “Hal ini sangat penting agar kaum buruh bisa hidup dan bekerja dengan layak berkualitas,” tambahnya.

Lebih lanjut Rusdi menjelaskan, dari 10 narasi perjuangan di atas, 5 poin berhubungan langsung dengan isu perburuhan. Sedangkan 5 lagi terkait unsur kesejahteraan lainnya serta isu publik. “Lima isu publik sengaja diangkat untuk memberikan pemahaman pada kaum buruh, bahwa sejahtera dan adil tidak bisa diperjuangkan hanya bernegoisasi di tingkat perusahaan saja,” ujarnya.

“Insya Allah secara rutin, KSPI akan mengadakan seminar series Welfare State setiap bulannya. Sudah saatnya kaum buruh memperkuat posisinya sebagai kelompok strategis melalui gagasan gagasan baru. Bangsa ini perlu terobosan dan keberanian melangkah mengeluarkan gagasan baru untuk bisa terbebas dari penjajahan panjang,” kata Rusdi.

Dia menegaskan, gerakan buruh dengan segala potensi besarnnya bisa mengambil peluang sebagai kelompok strategis yang memainkan peran sebagai Problem Solver bagi bangsa yang sedang mengalami kebuntuan akibatnya keringnya gagasan-gagasan besar.

Seminar ini menghadirkan nara sumber Pengamat Ekonomi Ichsanuddin Noorsy, Pengamat Ekonomi Politik Salamudin Daeng, Komisi IX DPR RI Adang sudrajat, Dosen UNJ dan Pengamat Politik Ubeidillah Badrun, Peneliti Perburuhan Akatiga Indrasari Tjandraningsih, dan LBH KSPI Agung Hermawan.