Ketika Buruh Perempuan Bicara Politik

Jakarta, KPonline – Bidang Pemberdayaan Perempuan Pimpinan Pusat SPAMK FSPMI mengadakan seminar politik yang pesertanya khusus untuk buruh perempuan, Jumat (19/5/2017), bertempat di Sekretariat DPP FSPMI, Jakarta.

Tujuan diselenggarakannya seminar ini adalah agar buruh perempuan mengetahui arti pentingnya politik dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

“Meskipun kita perempuan, tapi kita juga harus pandai berpolitik,” ujar Ketua Bidang Perempuan PP SPAMK FSPMI, Nur Khanifah.

Peserta menyanyikan Indonesia Raya sebelum memulai pelaksanaan seminar.

Terlebih lagi, lanjut perempuan yang biasa dipanggil Hani ini, AD/ART FSPMI memgamanatkan dalam kepengurusan harus ada keterwakilan perempuan minimal 30%.

“Maka dari itu kita sebagai pengurus pimpinan pusat pemberdayaan perempuan harus menyiapkan kader-kader untuk kepengurusan politik dari tingkat atas sampai tingkat bawah,” katanya.

Pembicara dalam seminar ini adalah Suparno GP. Salah satu pengurus Pimpinan Pusat SPAMK FSPMI.

Peserta terlihat bangga dan antusias mengikuti seminar yang diselenggarakan serikatnya.

Menurutnya, hal ini sesuai dengan program yang dibuat setelah mengadakan seminar politik nasional yang diadakan Departemen Perempuan dan dihadiri oleh Presiden FSPMI Said Iqbal.

Sebagai tindak lanjuta, Bidang Perempuan PP SPAMK FSPMI harus menyiapkan kader-kader perempuan sebanyak 200 orang buruh perempuan.

Hani mengaku kesulitan untuk menyiapkan kader-kader perempuan sebanyak itu. Namun demikian, pihaknya akan kita berusaha untuk mencapai target.

“Selanjutnya kita akan mengadakan acara seminar politik lagi baik itu di Jabodetabek ataupun di daerah-daerah lain seperti Semarang dan Jawa Timur,” ujar Hani.

Foto bersama dengan seluruh peserta.

Mengapa buruh harus berpolitik Menurutnya, karena selama ini kebijakan-kebijakan pemerintah belum mensejahterakan buruh maupun rakyat Indonesia secara keseluruhan. Kebijakan pemerintah justru lebih berpihak pada kapitalis yang banyak duit. Karena itu, buruh harus berjuang agar pemerintah membuat kebijakan yang pro terhadap rakyat kecil. Khususnya kepada kaum buruh.

“Kita berterimakasih kepada RA Kartini. Karena dengan perjuangan beliaulah kita sebagai perempuan bisa belajar setinggi mungkin, bisa berpolitik dan juga bisa memimpin,” pungkasnya.

Semoga dengan adanya seminar ini akan membuka pemikiran buruh perempuan tentang pentingnya berpolitik.