Jeratan Kabel Optik, Bencana Buruknya Sistem Outsourcing

Bekasi, KPonline – Seorang Mahasiswa Brawijaya Malang bernama Sultan Rifat Al-Fatih menjadi korban terjerat kabel optik menjadi trending topik di seluruh kanal berita. Pemuda berusia 20 tahun ini mengalami luka serius di lehernya hingga keluar darah yang menyemprot.

Ayah Sultan, Fatih menceritakan anaknya setelah kejadian dibantu tukang ojek untuk melepas helm kemudian keluar darah dari lehernya.

“Dia berusaha buka helm, dibantu tukang ojol (ojek online) itu, baru nyemprot darah langsung, pada ketakutan,” ujar Fatih seperti yang dilansir Tempo.Co.

Sebenarnya sudah tidak terhitung jatuhnya korban baik yang luka berat bahkan sampai meninggal akibat dari kabel optik. Hal ini tidak lepas dari hal yang sangat mendasar yaitu sistem ketenagakerjaan yang ada.

Sistem OUTSOURCING atau ALIH DAYA sangat berperan besar timbulnya bencana seperti yang dialami oleh Sultan. Hal ini disebabkan perusahaan-perusahaan vendor outsourcing dianggap tidak memiliki kepedulian atas keselamatan.

Tidak terhitung juga banyaknya pekerja dari vendor kabel optik ini yang mengalami kecelakaan kerja hingga tewas. Di antara mereka banyak tewas karena kesetrum kabel PLN mulai saat menanam tiangnya hingga ketika melakukan penyambungan instalasi jaringan internet ke pelanggan.

Buruknya system outsourcing yang ada juga berdampak buruk terhadap masyarakat. Dari kabel yang semrawut mulai dari yang terbakar bersama kabel PLN hingga mengalirkan setrum dan menewaskan masyarakat yang menyentuh langsung tiang atau kabelnya juga dari kabel yang menjuntai atau jatuh di genangan air.

Sultan harus mendapatkan keadilan perusahaan kabel optik harus bertanggung jawab penuh agar tidak ada lagi korban yang jatuh. Apalagi
dikabarkan seorang pengemudi Ojol tewas jatuh setelah terjerat kabel optik pada Jum’at (28/07/2023) di daerah Palmerah, Jakarta Barat.

Dari sisi ketenagakerjaaan sudah umum bagaimana pekerja kabel optik melaksanaan pekerjaannya. Tidak jelasnya seragam dan identitas, serta buruknya penerapan keselamatan kerja (K3) seperti yang tampak mereka bekerja tanpa alas kaki dan menaiki tiang tanpa sabuk pengaman.

Sikap perusahaan swasta yang orientasinya bisnis murni menjadikan mereka mencari untung yang sebesar-besarnya dengan memberikan upah yang semurah-murahnya disinyalir menjadi masalah mendasar buruknya kualitas pekerja dan hasil kerja. Hal ini juga umum diketahui seperti banyak tiang kabel internet yang miring, patah dan rubuh.

Pemerintah juga tidak bisa berlepas terkait masalah antara kesejahteraan pekerja dengan keselamatan masyarakat umum karena kesejahteraan berbanding lurus dengan keselamatan. Apalagi jika perusahaan selain menerapkan upah murah juga tidak memberikan fasilitas kerja yang mendukung keselamatan pekerja dan keselamatan masyarakat umum.

Penulis: Deddy Chandra
Foto: Deddy Chandra