Harga Item KHL Tak Jauh Berbeda Ditambah UMK Kecil, Pekerja Di Pasar Tradisional Kolpajung Mengeluh

Pamekasan KPonline – Masih terkait agenda survey Kebutuhan Hidup Layak (KHL), kali ini team survey KHL FSPMI Surabaya berada di sebuah pasar induk Kota Pamekasan, yakni di Pasar Kolpajung. Sebuah pasar tradisional yang berjarak tak jauh dari kota Sumenep.

Usai team survey FSPMI Kota Surabaya melakukan pendataan terhadap 60 item komponen KHL, sebuah kota yang juga merupakan homebase dari salah satu klub sepak bola di liga utama Indonesia, yakni Madura United ini ternyata mempunyai beberapa harga komponen item KHL-nya yang juga tak jauh berbeda dengan kab/kota di sekitarnya, namun sekali lagi permasalahan yang tetap sama masih terjadi dan menjadi salah satu isu tuntutan utama FSPMI sejak tahun kemarin, yakni adanya disparitas/kesenjangan upah yang juga terjadi di Pamekasan yang dimana UMK kota Pamekasan sendiri sekarang masih berada diangka Rp.1.500.000,. Selisih Rp. 100.000, dengan UMK Kab. Sumenep yang berkisar Rp. 1.600.000

Bacaan Lainnya

Dari hasil wawancara team MP dengan salah satu pekerja perempuan yang ada di pasar tersebut, menyatakan “Tak banyak yang bisa pedagang lakukan untuk membuat para pembeli agar merasa tertarik dengan datang ke pasar untuk melakukan transaksi jual beli mas, apalagi pasca bbm naik beberapa waktu lalu.” Ujar Siti Hasanah (30th)

Dengan menurunya daya beli masyarakat yang disaat bersamaan pula mereka di hadapkan oleh kenaikan harga kebutuhan pokok lainnya seperti BBM, membuat masyarakat pun sedikit demi sedikit mengurangi jatah pengeluaran mereka, yang dimana sebelumnya bisa minum susu 2 kali sehari, akibat kebutuhan pokok naik, sekarang hanya mampu beli teh manis.

Jika melihat kondisi seperti ini terus, plus dapat dipastikan harga kebutuhan pokok untuk kedepannya bakal naik terus, bukan tidak mungkin suatu saat masyarakat akan mengalami keresahan yang lebih buruk di bandingkan hari ini, dikarenakan hingga saat ini belum terlihat bahwa pemerintah provinsi maupun pusat untuk mau dan segera turun tangan melakukan perubahan dan perbaikan dalam menangani persoalan disparitas upah yang terjadi di Jawa Timur.

“Kami kerja di toko sederhana seperti ini, perbulan aja hanya digaji Rp. 500.000/bulan kok mas, untuk berharap bisa digaji sesuai UMK yang berlaku dikota ini, saya rasa sulit.” tambah Siti Hasanah.

Setelah dirasa cukup lama team survey KHL FSPMI Surabaya bercengkrama dengan Siti Hasanah, yang ternyata juga seorang pekerja di sebuah toko baju di Pasar Kolpajung – Pamekasan, akhirnya seluruh team survey berpamitan karena masih harus bergeser di 2 pasar di Kab/Kota Madura yang lain. (Bersambung)

(Bobby – Surabaya)

Pos terkait