Gagasan, Pergerakan Dan Perlawanan Dari Seorang Tirto

Jakarta, KPonline, – Dalam sesi terakhir pada Pendidikan Dasar Dan Pengenalan Media FSPMI, Kahar S Cahyono adalah pembicara kunci dalam agenda kegiatan organisasi kali ini. Kalimat pembuka yang dilontarkan oleh Vice President FSPMI Bidang Informasi Dan Komunikasi ini, membuat seluruh peserta yang hadir diruangan lantai 3 Gedung DPP FSPMI bertanya-tanya. “Ada yang tahu siapa Tirto Adhisoerjo? Atau pernah mendengar namanya” tanya dia kepada puluhan peserta yang hadir.

“Tirto adalah orang pertama yang menggunakan surat kabar sebagai alat propaganda dan pembentuk pendapat umum. Dia juga berani menulis kecaman-kecaman pedas terhadap pemerintahan kolonial Belanda pada masa itu. Akhirnya Tirto ditangkap dan disingkirkan dari Pulau Jawa dan dibuang ke Pulau Bacan, dekat Halmahera (Provinsi Maluku Utara). Setelah selesai masa pembuangannya, Tirto kembali ke Batavia, dan meninggal dunia pada 17 Agustus 1918” jelasnya.

“Disebuah ruangan kecil dan hanya dihadiri oleh beberapa orang saja, Tirto mendeklarasikan diri untuk melawan kebijakan-kebijakan pemerintah kolonial yang menyengsarakan rakyat Hindia Belanda pada waktu itu, melalui tulisan-tulisannya” lanjutnya. Tulisan-tulisan Tirto yang mengecam pemerintah kolonial Hindia Belanda, membuat berang penguasa Hindia Belanda.


“Tulisan-tulisannya dicetak, lalu disebarkan ke seluruh penjuru negeri. Dari stasiun kereta yang satu menuju stasiun kereta yang lainnya. Jadi tidak hanya orang-orang di Bandung, atau di Bogor, atau di Bekasi saja yang dapat membaca tulisannya. Bahkan, buruh-buruh perkebunan di Deli Serdang, Sumatera Utara juga telah membaca tulisan-tulisan dari seorang Tirto. Bahkan mereka berkirim surat kepada Tirto, dan mencurahkan penderitaan dan penindasan yang mereka alami sebagai buruh perkebunan.

“Gagasan-gagasan Tirto dituangkan kedalam bentuk tulisan. Bahkan tidak hanya Tirto, orang-orang besar seperti Soekarno, Hatta, Tan Malaka, HOS Tjokroaminoto, bahkan sekelas Semaoen pun menuangkan gagasan-gagasan mereka kedalam bentuk tulisan” lanjut Kahar.

“Karena dengan dituliskannya gagasan-gagasan tersebut kedalam sebuah bentuk tulisan, maka ia akan bertumbuh dan berkembang. Menyebarkan gagasan-gagasan tersebut, merasuki setiap pemikiran manusia. Dan akhirnya akan bertumbuh dan berkembang, dari waktu ke waktu, dari zaman yang satu ke zaman yang lain” lanjut Kahar yang juga seorang penulis ini.

“Sebuah tulisan akan terus bertahan, pun meski waktu terus bergulir, zaman silih berganti. Tak hanya sebatas itu, sebuah tulisan mampu memberikan perlawanan atas sebuah kebijakan, kebijakan yang merugikan orang banyak tentunya. Dan dimulai dari ruangan ini, dan hanya dihadiri oleh beberapa orang seperti saat ini, diharapkan akan lahir Tirto-Tirto muda yang akan menuangkan gagasan-gagasan kedalam sebuah tulisan. Hingga tulisan-tulisannya tersebut dapat dibaca oleh orang-orang yang ada diseluruh penjuru negeri, lalu bertumbuh dan berkembang. Karena dengan tulisan-tulisannya itu, sebuah pergerakan akan tetap bertahan dan mampu menggerakan sebuah perlawanan” tutup Kahar. (RDW)