FSPMI Jawa Tengah Ikuti Training Kepemimpinan Buruh Perempuan

Ungaran, KPonline – Srikandi-srikandi dari Jawa Tengah mengikuti Training Kepemimpinan Buruh Perempuan pada hari Jumat – Minggu (26-28/10/2018) bertempat di Hotel C3 Ungaran. Acara yang digagas oleh Yayasan Annissa Swasti (YASANTI) sengaja menyasar buruh perempuan yang ada di Jawa Tengah tak terkecuali FSPMI.

Yayasan yang berbasis di Yogyakarta ini memang mempunyai tujuan mewujudkan kehidupan masyarakat yang demokratis, bebas dari ketidakadilan gender serta adanya kesempatan bagi perempuan di segala bidang. Salah satu caranya adalah melalui penguatan kepada kelompok perempuan melalui pengorganisasian, advokasi, dan edukasi.

Melalui training ini diharapkan para peserta yang berasal dari anggota SP/SB diJawa Tengah yaitu FSPMI, KSPN, SPN, dan FARKES-REF serta buruh Rumahan ini dapat meningkatkan  pengetahuan dan kesadaran buruh tentang gerakan buruh perempuan, meningkatkan kapasitas dan posisi tawar buruh perempuan dalam memperjuangkan hak-hak buruh perempuan itu sendiri.

Selama tiga hari peserta digembleng dengan berbagai macam materi antara lain:  Kapasitas dan Partisipasi Perempuan dalam Ekonomi ( Perspektif Keadilan Gender), Perempuan dan Kerentanan dalam Pasar Tenaga Kerja (Gerakan Buruh Perempuan), Peran Perempuan Dalam Organisasi Buruh (Memotret Tujuan Organisasi), Managemen Konflik (Internal Organisasi dan antar Organisasi), Analisis Film/Berita dan Gambar di Majalah dan Media lain dan Metodologi Komunikasi.

Materi- mater tersebut disampaikan oleh Fasilitator Hikmah Diniyah, Istiatun dan Rima Astuti dari YASANTI serta Rahayu Purwaningsih dari Solidaritas Perempuan untuk Kemanusiaan dan Hak Asasi Manusia (SPEKHAM) Solo.

Ada hal menarik ketika soal pembahasan mengenai isu buruh perempuan yang di nomor duakan /dikalahkan, akan tetapi FSPMI malah sebaliknya selalu mendorong / memberi peluang bagi perempuan dan ketika hal itu disampaikan membuat hampir semua peserta ataupun fasilitator melongo, hal itu membuktikan bahwa tidak semua Serikat Pekerja mendiskriminasikan perempuan.

Kalistiyah peserta dari FSPMI memberikan kesan yang mendalam terhadap terlaksananya acara tersebut.

“Saya jadi lebih mengerti cara berorganisasi dan terus belajar tentang hak-hak perempuan meliputi Hak setara bagi pekerja perempuan, hak bekerja sebaga Hak Asasi Manusia, Hak memilih pekerjaan, Hak menerima upah dan tunjangan yang sama, dan kesempatan kerja yang sama,” ujarnya di sela-sela acara saat dimintai keterangan.

Ibu beranak dua yang masih tampak imut ini juga menegaskan bahwa tidak ada perbedaan pekerjaan bagi buruh laki-laki maupun buruh perempuan.

“Semua pekerjaan bisa dikerjakan perempuan atau laki-laki, yang jadi pembeda hanyalah pemberian dari Tuhan. Misalnya Jenis kelamin atau gender saja,” tegasnya.
(Ulfa dan Hid)